Anime : Haikyuu - Jadi Kapten yang Jenius atau Efektif?

Tuesday, June 07, 2016 0 Comments A + a -



Aku bersyukur banget adikku download anime Haikyuu! dan menjadikannya folder pertama daftar film di laptop baru aku haha. Ternyata anime bergenre sport (volley ball), comedy dan drama ini terbilang masih hot dan season 3 nya masih ditunggu-tunggu oleh para otaku bulan Oktober nanti. Yang menariknya dari anime ini adalah beberapa karakter tokohnya yang mirip dengan karakter Hunter x Hunter.
Oikawa seringainya jelas-jelas mirip Hisoka. Semangat Hinata Shoyo mirip banget sama semangat Gon. Ah tapi lagi-lagi Aull bukan mau review keunikan chara di anime ini, Aull justru cuma mau menggaris bawahi beberapa konflik yang hadir di cerita Haikyuu.

Konflik 1 :
Sebelum bertemu Hinata, Kageyama adalah seorang Setter yang Jenius. Saking jeniusnya, di permainan yang mengandalkan kerjasama tim ini, ia tidak mampu menaruh kepercayaannya kepada teman-temannya sehingga ia bermain sesuai kehendaknya sendiri. Suatu hari, ketika ia melemparkan bola voli ke spike yang ia maksud, bola voli tersebut jatuh tanpa respon karena teman-temannya sudah merasa muak oleh kelakuannya yang egois. Sehingga dapatlah ia sebuah julukan Raja Lapangan. Tapi, setelah masuk klub Karasuno dan berteman dengan Hinata, kejeniusan Kageyama justru membuat gagak yang terjatuh kembali terbang.

Kageyama sang Raja Lapangan
 Konflik 2 :
 "Bakat adalah sesuatu yang kau tumbuhkan. Insting adalah sesuatu yang harus kita latih" -Oikawa-
Oikawa dengan sejuta pesona hadir sebagai Raja Besar di klub Aoba Johsai. Servis mautnya adalah senjata utamanya untuk meluluh lantakan lawan. Sebenarnya Kageyama lebih berbakat daripada Oikawa, tapi kemampuan Oikawa menjadi setter yang efektif membuat timnya mampu mengerahkan kemampuannya hingga 120%. Hal ini juga membawa klub Aoba Johsai kepada kemenangan dan ditakuti lawan. Hanya menaruh kepercayaan lebih pada anggota, membuat Oikawa terlihat lebih tenang dan dicintai banyak orang. Bahkan Oikawa bisa langsung berbaur dan memaksimalkan kemampuan timnya meskipun tim tersebut baru ia temui.   

"Raja Besar" -Hinata-


Seandainya dihadapkan sebuah pilihan, kamu lebih ingin menjadi menjadi Pemimpin yang Jenius atau Efektif?

Kalau aku sendiri, lebih memilih jadi pemimpin yang efektif lalu terus belajar hingga jenius :P
Hahaha serakahnya! Tapi ini serius. Karena aku pernah merasakan sedihnya menjadi seorang pemimpin yang egois dan sok pintar. Aku ini dulunya tipe perfeksionis, sekarang masih tersisa sedikit. Rasanya tersiksa sekali jika apa-apa yang terjadi tidak berjalan sesuai rencana. Tapi aku bersyukur karena kebiasaan menjadi pemimpin yang egois itu mulai luntur karena didikan ukhti Fatiha.

Saat itu, aku ditunjuk sebagai ketua regu di acara perkemahan sekolah, awalnya aku menolak karena aku trauma menjadi pemimpin yang gagal. Lagipula aku harus memimpin anak kelas satu dan dua SMP yang masih manja -,-. Namun, ukhti Fatiha menguatkanku dan memberi nasihat simpel namun berbekas hingga membentuk karakter kepemimpinanku yang sekarang.

"Ul, ketika mimpin kita gausah pikirin jadi yang terbaik atau paling benar. Tapi perhatikanlah bagaimana membuat anggota senang sehingga kepemimpinan kita berkesan. Dengan sendirinya teman-teman akan melakukan yang terbaik." -Ukti Fatiha : 2009-
What a cool suggest right?! Tentunya aku langsung tanamkan nasihat itu. Dan kerennya, setelah acara itu selesai, ada pengumuman bahwa ternyata regu Aul menjadi grup ke-3 terbaik!!! Ya ampun aku ga pernah mengharapkan penghargaan itu, tapi penghargaan itu menjadi sebuah hal yang sangat berharga, karena penghargan itu membuat teori ukhti Fatiha terbukti keampuhannya! ^^

Dan alhamdulillahnya sampe sekarang kuliah, masih dalam skala yang kecil sih, kelas... Aku sering diberi amanat sebagai pemimpin kelompok. Meskipun ga selalu berjalan mulus, tapi aku merasa bahwa timku kadang sangat merasa senang karena dipimpin Aull dan hasil kelompok yang memuaskan. Aku sendiri juga ga terlalu cape lagi, karena aku mencoba untuk percaya dengan kemampuan mereka. Malah, kadang aku menantang mereka agar mereka mencoba hal-hal baru meskipun sebenarnya tim butuh orang yang berpengalaman.

Dan menurutku, pemimpin itu bukan cuma memimpin tugas hingga akhir garis finish bukan? Ia juga berkewajiban untuk membuat anggotanya berkembang sehingga anggota tersebut bukan dianggap sebagai robot belaka tapi juga dimanusiakan.

Soal kejeniusan, sebenarnya hal itu juga sangat  diperlukan bagi pemimpin. Karena pemimpin yang bodoh juga tak ada guna apabila ia dihadapkan dengan hal-hal yang sulit. Oleh karena itu, pemimpin juga harus cakap nan cerdas agar strategi bisa diatur dengan baik dan keputusan diputuskan dengan tepat. 


Telkom University - Ilmu Komunikasi (Broadcasting)
Scriptwriter | Journalist | Editor | Pejuang Quran, She is