Burn The Ship Mentality

Friday, March 18, 2022 0 Comments A + a -



Harga properti di Jakarta mahal. Sekalipun itu cuma ngekos. Apalagi saat ini, di tahun 2022 harga-harga kosan makin gak masuk akal untuk aku si buruh dengan gaji UMR. Susah cari harga kosan yang sesuai budget dengan fasilitas atau lingkungan yang 'layak' di pusat kota. Oke, kenapa ga coba cari di pinggiran Jakarta ul? Nope, karena rumah yang sudah aku ambil lokasinya udah di pinggiran Jakarta,  di kota penyangga, yang mana meski sudah terjangkau transportasi umum, jaraknya masih jauh dengan waktu tempuh yang memakan waktu kurang lebih 1-2 jam. Aku ga punya energi sebanyak itu untuk PP apalagi saat ini, pekerja Jakarta udah mulai hybrid kerja di kantor. Udah mulai crowded banget.

Mau gak mau memang harus merogoh kocek agak dalam supaya bisa dapat kosan di tengah kota dengan fasilitas yang 'mendingan'. 

Saat ini aku memutuskan untuk pindah dari kosan lamaku di Karet. Kalau dari segi lokasi, Karet emang juara banget, dekat kemana-mana, tapi rasanya masih banyak yang kurang pas, meski aku udah 9 bulan tempatin kosannya. Yang utama soal minimnya fasilitas umum dengan harga Rp 1,5 juta, kebersihan yang kurang terjaga, tidak ada ruang komunal apalagi ruang hijau untuk relaksasi, dan gak ada dapur. Alhasil aku bener-bener cuma numpang tidur di sana. Gak ada semangat untuk gerak, jalan pagi, atau bikin makanan sehat. Wajar kalau aku saat ini menggendut dan gampang stress. Beda waktu di Pejaten dulu, karena lingkungan mendukung, aku seneng banget buat jogging pagi. Dan saat ini aku udah di tahap ingin konsisten hidup sehat lagi. So, mari kita buat keputusan besar. Pindah kosan ke tempat yang lebih baik (meski harganya mahal).

Dan tadi siang aku baru saja booking kosan di tempat baru. InsyaAllah aku akan pindah akhir bulan ini dan menempati kosan di daerah Mampang dengan harga Rp 1,8 juta. Kalau dari anggaran, sebetulnya aku tak mengubah budget sama sekali dari budget sebelumnya, karena sisanya suamiku yang tanggung wkwk. Hanya saja, banyak juga cost tambahan yang mesti kuperhitungkan. Salah satunya soal transportasi dari stasiun KRL ke kosan dan beberapa fasilitas pribadi yang tidak diprovide pemilik kos. Aku juga punya kekhawatiran tidak bisa sering memasak dan justru beli makanan online karena minim warung nasi di sekitar kosan. Apakah keputusan ini worth to try??

Jujur, khawatir zonk. Tapi aku akan coba mengkonversikan kekhawatiran tersebut dengan output produktif. Harusnya sih setelah menginvestasikan sesuatu yang lebih "pain," awarenessku terhadap sesuatu yang inginku capai bisa lebih tinggi. Karena ada perasaan sayang sudah menggelontorkan uang. 

Daftar hal-hal yang akan ku lakukan (tidak berorientasi untuk menghasilkan uang tapi kalau ternyata bisa menghasilkan berarti bonus wkwk) 
  • Menghidupkan kebiasaan jogging pagi 
  • Stok sarapan sehat dan buah 
  • Bawa bekal makan siang 
  • Sering ngonten karena kamarnya lebih aesthetic dan lokasi strategis (harus jalan kalau libur!) 
Udah empat itu aja deh haha kalau ternyata bikin uang makan bisa ditabung, mari kita kumpulkan buat jalan-jalan ke luar kota hehe 

Sekian curhatan overthinkingku di malam hari. Kalau kamu relate dengan mahalnya harga kosan di Jakarta boleh curhat juga di sini 😆 Terima kasih sudah membaca. Aku senang bisa kembali nulis blog meski spontan banget wkwk