Cerita Lebaran Asyik : Sopan Harus, Sombong Jangan!

Friday, July 29, 2016 0 Comments A + a -


Hingga hari ini aku masih tak percaya mitos. Perjalanan dua minggu lalu belum mampu membuatku benar-benar yakin apakah sebuah mitos itu benar-benar pernah tejadi dimasa lalu atau tidak. Padahal, bisa dibilang aku ini sudah ketuah omongan sendiri. Aku juga sadar diri, aku ini terlalu sembrono dalam berucap. Saat melakukan perjalanan di tempat orang, satu hal yang mesti dingat, kenakan hijab agar beradab bukan agar mendapat adzab. Kakakku Halida Rahmi yang mengajarkannya. Dan biarkan kali ini aku mengambil pelajarannya. Seandainya aku lebih sopan, tentu liburan lebaran saat itu mengasyikan hingga akhir perjalanan
 ***
Ciawi, Tasikmalaya.
"Teh, hari kamis mau ikut jalan-jalan ke Ciwidey?" 
Tawaran papah hari itu membuatku senang, tapi sialnya aku baru saja membeli banyak buku dan pergi bersama teman-teman dua hari berturut-turut. Uang THRku habis. Jika aku harus ke Bandung, saat itu uang yang tersisa tidak akan cukup untuk mengcover ongkos adik-adikku. Tapi pikirku, jalan-jalan di hari kamis akan mengasyikan, apalagi ini masih momen lebaran. Jalan-jalan bisa lebih ramai dengan mengajak kedua sepupuku. Akhirnya untuk menghemat biaya, aku menyarankan papah dan mamahku yang sedang berada di Bekasi dan aku yang masih tinggal di rumah nenek untuk berjalan-jalan saja ke selatan Tasikmalaya. Destinasi yang dituju adalah rumah sahabatku, Inon. Dulu aku pernah berjanji untuk mengunjungi rumahnya namun dua tahun berlalu janji itu dibuat, kami sekeluarga belum mampu memenuhinya. Oleh karena itu, mumpung ada kesempatan, aku menyarankan papah mamahku untuk berlibur kesana. Dan ternyata papah mamah setuju dengan rencanaku.

14 Juli 2016, Akhirnya kami berangkat tanpa sarapan. Butuh sekitar empat jam untuk mencapai rumah Inon. Tapi perjalanan ini terbayar karena kami disambut dengan suka cita oleh keluarga Inon. Ya, aku dan Inon adalah sahabat yang sangat akrab dan keluargaku dengan keluarga Inon juga cukup dekat, jadi penyambutan yang didapat terasa sangat hangat. Oya papahku juga senang berkunjung ke rumah Inon, katanya rumah Inon ini adalah gambaran rumah impiannya dimasa depan. Rumah yang luas, berada di perkampungan, punya banyak hewan ternak, memiliki empang dan paling penting, udaranya sejuk. Sangat ideal bukan?! Yup, tinggal lama di kota memang menjenuhkan, pulang ke kampung halaman dengan suasana seperti itu adalah pilihan tepat untuk menghabiskan masa tua.
Inon, Princess, Ibu Inon
Sangat asyik memang berkunjung ke rumah Inon, tapi sayangnya kami tak bisa berlama-lama menghabiskan waktu disana. Kami punya destinasi wisata lainnya yang harus dituju. Pantai Cipatujah! Yuhu~

Pantai Sindangkerta, Tasikmalaya
Awalnya begitu, kami ingin berlabuh di Pantai Cipatujah. Tapi ternyata, pantainya tidak bisa dipakai berenang atau hanya bermain-main ditepian. Ombaknya sangat besar. Seram seperti tak mengizinkan. Aku jadi ingat kisah sepupu temanku yang katanya hanyut di pantai ini, aku tak bisa membayangkan :( Alhasil dari pada aku mengenang kejadian seram dan yang lain hanya melihat dari kejauhan, kita memutuskan untuk menulusur jalan, melewati jembatan besar, melintasi hilir dan sampailah kita di pantai yang lebih bersahabat. Pantai Sindangkerta ^^

Ini kali keduanya aku bermain di pantai ini. Lingkungannya tidak terlalu berubah, paling sampah yang semakin bertambah. Mamah dan Papahku hanya ingin duduk-duduk romantis di tikar tepi pantai. Aku, adiku, dan dua sepupuku memilih untuk menghabiskan waktu dengan berfoto ala-ala, hahaaha. Aku memulainya dengan foto eum.. seperti ini. Hahaha benar apa yang dibilang adiku, setelah melihat hasilnya aku jijik sendiri. Tapi aku tidak begitu setuju kalau aku dibilang Jomblo Ngenes. Aku gak jomblo aku ga ngenes. Lalu? Eumm.... Ntahlah aku ini disebut apa yang penting aku bahagia. Tersirat jelas bukan dari jidatku yang bercahaya, bahwa aku ini bahagia? Haha

"Ih jones pisan si teteh" Iki bilang begitu.
Saran banget, kalau mau ke pantai jangan lupa pakai sunscreen atau sunblock ya! Aku gapakai dan gosong seketika.
Mbak Ica, Princess, Iki, Mas Agiel
with my boy, boyokokok -,-

Pantainya tidak terlalu bersih, tapi karangnya bagus-bagus. Ombaknya juga mengalun pelan. Jadi meski tak ada niat untuk berenang, hanya berjalan-jalan di sekitar tepi pantai, celanamu tidak akan kebasahan kok. Oya meski tadi aku sebutkan bahwa lingkungan sekitar pantai banyak sampah, wc umum dan mushola disekitar sini ternyata bersih-bersih. Orang Tasik kan memang dikenal resik yaa, jadi jangan khawatir! Dan pesanku, meski kamu sedang terlampau asyik bermain di pantai, jangan pernah tinggalkan solat ya! ^^

Makam dan Goa Pamijahan, Tasikmalaya

"Sekali merengkuh dayung, satu dua pulau terlampaui." 
Setelah menuruti permintaan kami main di pantai, sekarang papah dan mamah yang ingin mencukupi kebutuhan liburannya. Ada daerah yang ingin mereka jejaki. Makam dan Goa Pamijahan. Dan ditempat inilah, pelajaran baru mulai kudapatkan.

Awalnya aku ogah-ogahan, ngapain sih harus ketempat beginian. Menurutku ziarah-ziarah itu akan menyamakan perilakuku dengan "ibu-ibu pengajian" dekat rumahku yang punya maksud tertentu kalau berziarah. Meskipun tak semua ibu-ibu begitu yak! Tapi kebanyakan begitu. Makanya diawal-awal aku menggoda mamah dengan gurauan-gurauan nyentil, tapi mamah cuma menanggapinya dengan santai.

"Ya gapapalah teh, kita cuma pengen tau aja tempat ginian, kasian tuh papah belum tau. Kita kesini niatnya napak tilas aja. Belajar sejarah para wali.
Hem dan aku menerima statement mamah dengan yah..yah..yah. Astaghfirullah banget kan. (TvT) Setelah itu aku duduk duduk di depan gerbang, menunggu bandros pesanan papah matang. Dan aku nyeletuk lagi,

"Mah nungguin apa sih? Kita mau ikut rombongan nih? Hahaha tuh mah tuh rombongan mamah."
Aku menunjuk bapak-bapak, ibu-ibu yang sedang bergerumul didepan gerbang. Aku gatau mereka juga menunggu apa, pemandangan ini akhirnya kujadikan bahan ejekan untuk mamah. Yah alasannya, karena disini yang paling bersemangat mamah. Siapa yang peduli. Adikku sibuk main hp, mbak Ica juga, Agiel yaa kalem kalem aja kayak biasa dan jadilah sasaranku mamah. Huehehe. Tapi mamah cuma ketawa ketawa aja menanggapi gurauan sarkastikku.

Setelah bandros matang akhirnya kita masuk juga ke area Pamijahan. Dari awal aku belum paham, Pamijahan itu tempat seperti apa. Dan baru masuk ko disuguhi pasar?! -,-. Tapi, bagusnya pasarnya sangat bersih. Barang-barang ditata dengan baik. Malah aku merasa pasarnya seperti pasar di Cina dan Agiel sependapat denganku. Selain rapi, segala macam barang dijual disini. Souvenir ala Pamijahan, cemilan, tasbih dari ukuran kecil hingga raksasa, foto-foto para wali lengkap dengan bingkainya, mainan anak-anak, sampai pipa rokok seperti yang dipunya Sherlock Holmes pun ada. Hahaha. Oya, banyak loh kios-kios yang menjual jerigen. Sampai ujung jalan kami tidak mengerti kenapa mereka menjual jerigen. Tapi akhirnya kami tau, bahwa jerigen itu akan digunakan ketika sudah tiba di goa nanti.



Kalau bertanya ke penduduk sekitar, berapa km jauhnya jalan hingga goa, mereka akan menjawabnya dengan hitungan jam. "Paling satu jam lagi pak", "Paling lima menitan lagi dari mesjid ini", "Sebentar lagi sampai pak." What the... kecepatan kita menempuh suatu jarak tuh kan relatif ye. Kakek dengan kita untuk mencapai 1 km, tentu waktu tempuhnya akan berbeda. Jadi jawabannya bener-bener ga representatif banget. Iki sampe kesel-kesel ini udah berapa jam jalan tapi ga sampai-sampai juga. Btw, sebenernya jangan pernah peduli omongan Iki juga sih. Dia memang tukang keluh. Aku sih menanggapinya hanya mengangkat bahu sambil mengatur nafas. Karena memang perjalanannya ga main-main. Lebih baik santai aja ya kalau kesini jangan banyak omong, jangan lari-lari karena kamu harus menyisakan tenaga untuk perjalanan menyusuri goa nanti. Dan satu lagi, jangan lupa bawa minum! Meski tempat wisata, harga minuman disini ga ditekuk sama sekali. Tapi alangkah enaknya kalau kamu bawa minum sendiri. Kamu ga menambah sampah juga bisa bawa sekehendak kamu.

FYI, sebelum mencapai Goa kamu akan melihat banyak banget masjid yang dibangun. Konon katanya, dulu para pedagang disini saat mendengar adzan solat akan berbondong-bondong turun untuk solat berjamaah ke masjid. Jadi suasananya mirip di Mekkah gitu. Tapi sekarang ini, kebiasaan baik itu mulai luntur. Saat kesana, akupun lihat banyak orang yang masih diluar saat masuk waktu solat dan ketika solat didirikan, jamaah solatpun tidak terlalu banyak. Sayang banget kan!


Aku dan keluarga solat magrib dan isya disini. Imamnya ga pakai mikrofon. Aku tanya mamah kenapa mereka ga pakai mikrofon, mamah menjawab "mungkin mereka menganggap memakai mikrofon itu bid'ah". Hah?!
Balik lagi ke cerita perjalanan meraih goa. Setelah bersusah payah berjalan jauh, sampailah kami di Goa yang dimaksud~~ Yuhuuu!!! Sebelum masuk, kami harus daftar di pos keamanan. Aku gatau berapa tiket masuk yang harus dibayar, karena hal itu mamah yang urus. Aku, papah dan adik-adikku tinggal masuk saja. Oya kami juga dipandu oleh kakek-kakek yang membawa patromaks. Untuk menyewa jasanya kami harus bayar Rp.75.000,00. Dan sebenarnya harga ini ga perlu dibayar kalau aku ingat bahwa adik kelasku, Intan tinggal didaerah sini. Mungkin saat itu dia mau jadi tour guide kami cuma-cuma. :") Tapi yasudahlah namanya lupa mau diapakan.

Gambar-gambar di Pamijahan ini diambil ulang oleh Roy dan Intan. Karena saat aku kemari, handphoneku tidak memungkinkan untuk mengambil gambar di malam hari.

Dan bismillah tepat di malam jumat, akhirnya kami sampai juga menapaki kaki kami di Goa yang katanya tempat bermusyawarahnya para wali. Untuk memasuki goa ini, kami harus membuka alas kaki kami karena dibawahnya mengalir air yang tidak terlalu jernih. Sempat terlintas dipikiranku apakah ada binatang melata yang hidup disini, namun ternyata sampai keluar goa aku dan keluarga tak diserang binatang apapun. Alhamdulillah


Sebelum masuk, kakek yang mengantar kami membaca adzan dulu. Aku tak tau maksudnya apa, tapi sepertinya untuk tata krama dan mulailah aku meragukan tindak tanduk orang didalam goa ini. Aku selalu memandang sinis orang-orang yang sedang menyusuri goa ini. Karena apa, dalam pikiranku mereka terlalu percaya hingga meng-imani. Melakukan hal-hal yang bukan diperintahkan untuk ibadah. Bisa dibilang menambah-nambahkan amalan tanpa pijakan yang jelas, pijakan yang meyakinkan.  Padahal aku harusnya tak boleh berpikir seperti itu kan :") Tidak semua orang berlaku seburuk apa yang kupikirkan. Tapi aku tetap melangsungkan pikiran negatif itu sebelum "kejadian" itu terjadi.

Kakek itu terus berjalan. Cepat sekali sedangkan aku dan keluarga tertatih-tatih untuk melewati batu-batu yang cukup tajam. Kadang kami harus membungkuk karena langit-langit goa pendek. Sebenarnya aku senang sekali bisa pergi ke goa. Sudah lama aku mengimpikannya. Dulu pertama kali goa yang ingin aku jelajahi adalah Goa Maharani. Tapi apa dikata, goa yang pertama aku jelajahi justru Goa Pamijahan, tak masalah. Mungkin nanti saat aku menjadi reporter National Geographic Indonesia, goa itu mampu kulampaui. Aamiin.

Selain memperhatikan sejarah yang disampaikan kakek itu, aku tak hentinya memuji asma Allah. Aku takjub bahwa Allah menciptakan, mengurus dan juga memberikan rezeki di goa ini. Allah Maha Mengetahui segala kejadian yang pernah terjadi disini. Dan Allah pula yang berkehendak untuk membuat sejarah itu dikenal orang. Tapi aku berharap nikmat Tuhan ini jangan dijadikan tempat pemusyrikan dong. Kan sedih :"


Dan ternyata Goa ini memiliki ruang yang sangat banyak. Kami harus mendaki dan sesekali jalan menurun untuk mencapai ruangan-ruangan lain. Saat diruangan atas goa, ada banyak sekali cerita yang diceritakan si kakek, ihwal dengan aktivitas di goa ini dulunya.

1. Mengenai tempat yang bisa mengantarkan wali berpergian dari satu tempat ke tempat lainnya, hanya melewati lubang-lubang yang ada di goa tersebut. Ke Surabaya, Banten bahkan Mekkah.
2. Ada ruangan yang cukup luas dan ruangan ini dipakai untuk bermusyawarah para wali. Hal ini bisa masuk di akal karena ada bukti mimbar yang dibentuk. Dan ternyata istri-istri wali pun memiliki tempat khusus untuk solat dan bermusyawarah.
3. Ruangan atas juga ternyata dulunya difungsikan sebagai perpustakaan dan dipakai untuk mengajar santri-santri.
4. Didekat perpustakaan tersebut, ada lubang-lubang dilangit-langit goa yang awalnya kupikir terowongan biasa. Tapi ternyata lubang-lubang tersebut disebut sebagai kopeah haji, dan menurut kepercayaan orang-orang disana, kalau kebetulan lubang yang kita coba pas dengan kepala kita insyaAllah kita akan segera naik haji.

Sambil mencari jalan ke bawah, masih ada juga ternyata tempat-tempat yang dianggap sakral orang setempat.
1. Adanya stalgmit yang masih aktif meneteskan air, dan air stalgmit ini dinamakan air zam-zam.
2. Adanya bekas tempat wudhu para wali dan disinilah jerigen yang digantung di kios-kios mulai berfungsi. Banyak orang yang sengaja menyiuk air disini lalu airnya mereka bawa pulang. Hemm... mungkin air keran sudah terlalu mainstream wheehe

Makin lama goa semakin ramai dan solawat nabi semakin membahana. Aku makin berpikir negatif banyak-banyak, boleh bersholawat apalagi sebagai tanda syukur kita kepada Rasulullah sehingga kita bisa menikmati nikmat Islam, tapi.. aku merasakan hawa yang beda dalam solawat yang dilantunkan kali ini. Solawatnya seolah berkata "lindungi kami, jagalah kami". Aku semakin tidak fokus, banyak ngedumel dan ya terjadilah "kejadian" itu. Jatuh yang aku takutkan sejak awal masuk goa.

Semua ini lumrah dan bisa diprediksikan. Dengan penerangan minim, lantai goa yang licin dan aku sudah berjalan sempoyongan dengan sisa tenaga yang aku punya, tak aneh jika aku akhirnya tumbang dengan posisi yang sangat tidak mengenakan. Aku terpeleset dengan posisi tegak duduk. Tulang ekorku membentur batu dengan keras dan untuk beberapa detik seluruh badanku kaku. Aku menjerit dan menangis. Disitu papahku membopongku dengan panik. Huhu kalau mengingat kejadian ini aku selalu ingin menangis. Untungnya sangat untung, mulut goa sudah hampir sampai. Alhamdulillah aku bisa segera keluar dan sampai di pemukiman warga untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Pertama hal yang langsung aku ingat adalah aku menyesal karena sejak awal aku sudah tidak sopan. Aku meremehkan dan berlaku sombong. Huhu mungkin goa ini tidak salah, tapi akulah yang tidak hati-hati dan berpikir tidak-tidak. Bagaimanapun semesta selalu mendukung apa yang dipikirkan alam bawah sadar kita. Aku terlalu banyak berpikiran negatif dan alam menyadarkanku untuk tidak berpikir demikian. Alam juga mengingatkanku agar aku nikmati perjalanan dan hentikan kekhawatiran. Apalagi aku adalah seorang muslimah yang berhijab. Sudah selayaknya ilmu yang aku punya ini tidak membuat perilakuku congkak. Justru seharusnya semakin menuntunku untuk berbuat santun dan menghargai pilihan orang.

Ya alhamdulillah dari sana aku mendapat pelajaran baru dan aku mulai banyak bersyukur. Aku yang semenjak itu hanya bisa berdiri dan berbaring tak bisa duduk karena tulang belakangku memar, semakin memaknai bahwa Allah menciptakan tubuh manusia dengan sebaik-baik bentuk. Tulang ekor yang hanya berukuran kecil dan sering diabaikan keberadaannya, apabila nikmatnya dicabut dari kita akan berdampak fatal sekali. Yah liburan lebaranku ini memang Allah kemas sebagai perjalanan syukur. Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil hikmahnya dan semoga teman-teman juga bisa belajar dari pengalamanku itu bahkan tidak mengulangi kesalahannya. ^^ Sip pasti bisa!

Dan here it's, ada info terakhir dariku, kalau kamu sedang ingin melakukan perjalan syukur, ga ada salahnya kamu coba event nasional yang diselenggarakan Diaryhijaber untuk memperingati Hari Hijaber Nasional ini. Meski perjalanan ini harus dilakukan ke kota bukan ke alam bebas sepertiku kemarin, tapi kuprediksikan acara ini ga kalah kerennya. Yuk ikutan!


Nama Acara: Hari Hijaber Nasional,
Tanggal: 07 Agustus 2016 – 08 Agustus 2016
Tempat: Masjid Agung Sunda Kelapa,  Menteng, Jakarta Pusat


Telkom University - Ilmu Komunikasi (Broadcasting)
Scriptwriter | Journalist | Editor | Pejuang Quran, She is