Quality Time Yang Lebih Berkualitas

Sunday, September 02, 2018 0 Comments A + a -

Quality time bukan hanya sebuah aktivitas yang memiliki fungsi rekreatif melepas penat dengan orang-orang terdekat kita. Dimana kita isi Qtime tersebut dengan saling bersenda gurau, meluangkan waktu untuk duduk dan ngobrol ngalor ngidul berjam-jam. Quality time buat saya memiliki arti lebih dari itu, yang mana ia berarti hadir, memusatkan perhatian dengan membicarakan hal-hal prinsipal juga esensial yang mau kita bangun bersama.

Saya punya seorang partner yang mana dalam beberapa postingan sebelumnya mungkin pernah saya sebut (meskipun itu masih berupa inisal whehe). Kita memiliki kecocokan dalam berpikir dan merasa, yang mana bukan berarti pola pikir, pengalaman dan kepribadian kita sama, tidak. Bahkan kita terlahir dari suku yang berbeda. Kita punya kehidupan masing-masing. Bidang keilmuan yang kita geluti tidak serupa tapi beririsan. Saya hadir di masyarakat sebagai seorang penggiat Quran dan film, ia aktif sebagai seorang penggagas dan pemimpin dibidang sosial dan IT. Meski concern keilmuan kita berbeda, kalau soal visi, kita punya semangat yang sama-sama besarnya. Dan sekarang, langkah-langkah kecil dari mimpi-mimpi besar itu kita sedang bangun, sendiri-sendiri.

Maka dari itu, setiap kali memutuskan untuk bertemu, momentum ini kita jadikan sebagai sarana bertukar pengalaman dan perspektif sehingga selalu ada ilmu pengetahuan yang bisa kita upgrade setiap kali diskusinya berlangsung. Dan tentunya dalam pertemuan ini sering kita selipkan juga berbagai humor receh. Ya untuk peregangan otot pipi kan, biar ga cepet keriput 😝 hehehe 

Tapi ternyata, hal-hal sepositif ini tetap memiliki celah yang pada akhirnya bocor juga kemarin sore. Kita baru tersadar, bahwa ternyata ada satu hal yang kita lupakan dan abaikan sepanjang kita berQuality time selama ini. Saking fokusnya menggagas, kita sampai lupa menanyakan kabar soal diri sendiri, menanyakan kabar soal kita. Apakah kita hari ini sedang baik-baik saja? Apakah saat ini jiwa kita sehat? Bagaimana dengan ketenangan batin? Apakah ada hal-hal menganggu yang kian hari kita selimuti sehingga berpotensi menjadi bom waktu dikemudian hari? Mau sampai kapan menunda jujur kepada diri sendiri? 

Mungkin bagi sebagian orang, hal ini sangat personal. Jadi lebih baik membagi pertanyaan tersebut untuk diri sendiri saja. Tapi bagi kami, kontemplasi ini memang sudah sering dilakukan oleh diri sendiri, makanya ada kalanya pergulatan batin ini perlu untuk didengar orang lain. Ya sekedar untuk dibantu bertutur, mengurai apa-apa yang sebenarnya tidak sinkron antara hati, pikiran, lisan dan tindakan. Dan ini penting. Karena kalau kita masih belum selesai dengan urusan kita dan kita terus mengabaikannya, hingga menjadi sakit, bagaimana mau melangkah untuk membantu orang lain dan menebar kebermanfaatan. Yang ada, gerakannya pasti rapuh.

Maka berdialog untuk memelihara kesehatan jiwa, menurutku perlu dilakukan sekali-kali. Karena hal ini salah satu proses baik dalam mengkonstruksi mimpi-mimpi kita. Meskipun perlu disadari, hal ini tentunya tidak menyelesaikan masalah, tapi pasti akan meringankan beban pikiran. Makanya dalam proses curhatnya, tetap perlu didiskusikan resolusi-resolusi yang bisa kita tempuh kedepannya. Agar curhatan tidak sekedar keluhan, tapi bisa hadir sebagai sebuah pilihan jalan keluar :) 


Telkom University - Ilmu Komunikasi (Broadcasting)
Scriptwriter | Journalist | Editor | Pejuang Quran, She is