#QuranTalk : Bagaimana Caraku Belajar Murottal?

Friday, March 23, 2018 0 Comments A + a -

Esensinya mengaji itu, khususnya membaca Quran adalah memahami apa kandungan dari yang kita baca. Tapi, membaca Quran dengan benar juga harus! Kalau mengaji dengan indah itu bonus, tapi Allah dan Rasulnya suka. Bahkan seringkali orang yang melantunkan ayat suci al-Quran dengan merdu bisa mengundang hidayah, orang lain jadi tergugah dan bisa memutuskan untuk berhijrah. Dan kabar baiknya, mengaji dengan suara indah itu bisa dipelajari.

Pertamakali..
Sejak umur lima tahun, atas izin Allah dan ketekunan mamah, aku sudah bisa mengaji al-Quran. Alhamdulillah suara khas anak kecil yang lantang dan jelas, membuatku diminta untuk mengikuti lomba murottal pertama kalinya saat kelas 3SD.  Lalu aku diajari langgam mengaji yang sulit oleh papah, seperti qari-qari. Haha sayangnya aku ga bisa-bisa dan ga suka, alhasil aku gamau lanjutin untuk belajar dan saat latihan pertama kalinya aku menyetor bacaan ngajiku kepada kakak santri yang bermukim di pesantren Ats-tsuroya, dia tertawa. Hahaha kayaknya sih gara-gara jelek kali yak. Dan disitulah ia mengajariku, nada yang sangat mudah tapi terdengar lebih teratur. Ini dia ;



Semenjak itu aku dipercaya mengaji disana-sini dan sempat beberapa kali mendapat juara lomba yang lawannya jauh lebih besar dariku >,<. Tapi kabar buruknya setelah pubertas, suaraku tidak selantang dulu dan mudah sekali serak. Dan aku tidak lagi menekuni bidang murottal untuk waktu yang lama.

Jadi Imam Sholat
Aneh. Karena untuk tarbiyah, masing-masing dari kita yang nyantren saat itu pasti akan pernah menjadi imam. Sesuatu yang lumrah. Tapi giliranku menjadi imam, aku justru diolok-olok karena huruf Qaf sukunku terlalu lekoh. Padahal aku hanya mencoba untuk belajar mengaplikasikan huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrojnya. Ditambah gaya mengajiku diledek seperti nada nyanyian katanya. Hahaha. Saat itu aku makin tidak tertarik mendalami Quran. Rasaya tidak ada bakat. Dan suaraku masih mudah serak. Menyakitkan.

Guru dari Mekkah
Pak Dudung namanya. Ia yang mentahsin bacaan Quranku didalam kelas. "Ahsanti", responnya. Untuk pertama kalinya lagi aku merasa percaya diri mengaji didepan umum. Aku mulai rutin mengaji lagi meskipun belum belajar ilmu tajwid yang lebih mendalam. Apalagi saat itu sedang gencar-gencarnya program One Day One Juz. Seluruh keluargaku on fire, mommy dan daddy berlomba-lomba untuk menyelesaikan satu mushaf al-Qurannya dalam sebulan. Aku dan Iki santai-santai saja. Tapi kita juga mulai menaruh perhatian lebih pada al-Quran. Dan nada mengajiku, aku buat sendiri, spontan, ada begitu saja.


Mengenal Wirda Mansur
"Teh, ada anaknya ustad Yusuf Mansur sekolah di Jordan, suara ngajinya bagus deh."
Aku penasaran dengan apa yang mommy promosikan. Lalu aku mencari tau dan tidak lama dari pencarian itu, Wirda muncul diacara Hifzhil Quran. Aku jelas terkesima. Cantik, suaranya merdu dan anggun. Lalu aku mulai menirukan langgam mengajinya. Hahaa untuk pertama kalinya, menduplikasi gaya orang itu tidak menyenangkan. Jelas tidak akan sama dan justru fals. Tapi belajar itu kan ATM. Amati, Tiru, Modifikasi. And here i am, now. Beberapa kali mengaji di depan umum, orang sering kali membuat pernyataan, "Disangka Wirda, taunya Aulia Risyda." wew.

Dan dari Wirdalah, aku mulai rajin menghapal al-Quran, yang padahal dulu aku selalu kabur saat setoran bersama ustdzah. Aku juga mulai intens menjadi imam sholat (khusus di asrama puti pesantren aku belajar dulu). Alhamdulillah diakhir studiku, aku juga mendapatkan wali santri yang mengajarkan tahsin. Bersama beliaulah, aku mulai menyempurnakan bacaan mengajiku. Belum selesai, karena petemuan talaqqi kita sangat singkat. Tapi darisana, aku mulai mendapatkan pencapaian, salah satunya menjadi juara 1 di perlombaan MTQ Mahasiswa Telkom Cabang Hifzhil Quran 1 Juz. Poin plusnya karena tajwidku sudah lumayan baik, begitu pengakuan juri. Hehehe alhamdulillah. Dan berkat Madrasah Quran Syamsul Ulum, aku juga terus belajar, mendapatkan guru dan sahabat, yang jauhhhh lebih apik bacaan Qurannya. Sedikit demi sedikit kita saling belajar dan mengajarkan ilmu membaca al-Quran diberbagai macam kesempatan. Gratis. Asal ada kemauan, ternyata ga selalu harus bayar seperti bayanganku dulu. Mencari lingkungan yang sesuai akan semakin memudahkan kita mencapai tujuan tersebut. Kalau teman-teman belum berada di kesempatan tersebut, beranjaklah! Karena halangan dan keterbatasan itu cuma ada karena kita yang menciptakan alasan-alasannya.
 
Oya aku lampirkan soundcloudku saat pertama kali menirukan langgam milik Wirda ya! Masih sangat kaku dan ada beberapa tajwid yang salah. Maapkan, waktu itu masih belajar hehe. Tapi dari lampiran ini aku ingin bilang ke teman-teman bahwa, ga masalah suara jelek diawal belajar, kan namanya belajar. Terima aja dulu, nanti tetap tekun belajar dan disempurnakan deh. 😂 Yoi semangat!


Fakta lucunya kian kemari, ternyata banyak orang yang mulai medengarkan murottalku secara diam-diam. Kadang suaraku lebih dulu dikenal dibanding fisiknya. Nanti kalau ketemu baru ber-oh oh ria, "Oh ini Aulia Risyda yang ngajinya aku dengerin dari temen kemarin.", hehe alhamdulillah, segala pujian dan masukan dikembalikan lagi kepada Allah, Tuhan yang satu-satunya pantas dipuji 😊

Bonus! 


Telkom University - Ilmu Komunikasi (Broadcasting)
Scriptwriter | Journalist | Editor | Pejuang Quran, She is