Pandanglah Tubuh Kita Secara Positif

Saturday, March 10, 2018 0 Comments A + a -

"Wanita lebih suka mengabdi pada kekinian dan gentar pada ketuaan; mereka dicengkam oleh impian tentang kemudaan yang rapuh itu dan hendak bergayutan abadi pada kemudaan impian itu. Umur sungguh aniaya bagi wanita.
-Pramoedya Ananta Toer-


Selama aku tumbuh menjadi seorang gadis, aku selalu punya banyak kekhawatiran terhadap tampilan fisik. Saat aku duduk di bangku Sekolah Dasar dulu, satu jerawat merah yang muncul pertama kali di pipi, yang sebenarnya welcoming greeting dari masa pubertasku, aku babat habis dengan pencuci muka yang menjanjikan dapat menghilangkan jerawat secepat mungkin sampai keakar-akarnya. Ternyata bahan-bahannya keras banget di muka eykeu yang masih dibawah umur itu, sampe-sampe muka merah dan jerawatan parah. Kan korban iklan khaaaan. PR banget deh gara-gara khawatir yang berlebihan, alhasil harus ke dokter kulit untuk sembuhin iritasinya.  

Lanjut SMP, diantara teman-teman Tasikku yang putih bersih dan geulis, aku hadir dengan kulit yang tanned banget. You know, Cikarang kota industri dengan juara polusinya, sampahnya juga, panasnya kayak gimana ditambah anak kayak aku sukanya main diluar rumah, yaudahlah kelingnya kayak apa pasti kebayang. Ya tapi memang, meski sering berpetualang, sebelumnya aku rajin perawatan di rumah dengan air hangat, madu dan batu es. Tapi setelah masuk pesantren, mana ada waktu perawatan yang seperti itu, bisa adaptasi dengan kegiatan yang super ketat juga udah alhamdulillah. Alhasil aku selalu cari cara agar bisa putih bersih seperti teman-teman. Pake banyak produk, taunya jerawatan lagi. Baru sembuh ketika aku cuma pakai pencuci muka Didi. 

Syukurnya, dimasa-masa SMA, aku merasa punya tubuh yang sesuai harapanku banget. Langsing dan wajah bersih. Padahal perawatannya ga banyak. Tapi disaat menikmati kenyamanan fisik tersebut dan udah ngerasa aman nih buat menghadapi kuliah, aku justru kena cacar yang bekasnya kelihatan jelas diwajah aku yang cubby. Beh, ga pedelah lagi. Apalagi teman-teman di kampus itu ternyata jago dandan syekali! Aku yang ga ngerti apa-apa soal make up udah serasa paling kucel. Dan memang keluargaku banyak sekali yang memberi impression soal tampilan fisikku yang baru ini sehingga membuat self esteemku makin low. "Teh kok, jadi item, kayaknya bersihan waktu tinggal di Tasik deh." Ah iya serah. Meski rada cuek, aku tetap mencari cara, mengulang apa yang dulu pernah aku lakukan saat SMA untuk mendapatkan tampilan wajah yang lebih baik. Tapi menurut evaluasiku, menghadapi perawatan wajah dengan kondisi zaman sekarang (yang cuacanya ekstrem banget, polusinya ga bisa santei) gak bisa ditangani hanya dengan cara lama, tetep kudu diupgrade ilmunya dari cara perawatannya sampe produknya. Namun yang ingin kugaris bawahin dari cerita yang aku tulis barusan, kalian ngerasa ga sih, cape banget banget bacanya liat aku yang terus-terusan ngejar standar kecantikan umum? Kalau aku sendiri jujur capeeee banget! 



Setelah belajar studi media dan budaya di kelas, aku baru tersadarkan bahwa, konsep cantik ini ga akan pernah ada habisnya dikonstruksi oleh para kapitalis lewat media yang kita gunakan, karena mereka akan terus melancarkan kepentingan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Konsep dan "solusi" yang mereka tawarkan itu sebenarnya belum tentu jadi sebuah urgensi bagi kita juga. Toh dengan kita ga pake produk pemutih, pelangsing, dan produk kecantikan lainnya, kita akan tetap bisa melangsungkan hidup ya kan? Namun perlu disadari, karena sudah begitu kompleksnya semua konstruksi ini, wajar kalau kita belum bisa lepas dari yang namanya konsep "cantik itu harus putih, langsing, tinggi, dan lain-lainnya" ini. Ditambah perkembangan teknologi membuat kita semakin melekatkan diri dengan lebel masyarakat tontonan, yang mana lewat apa yang kita tonton, kita sangat terpengaruhi dalam menentukan sikap saat memutuskan sebuah keputusan. Ya, ga aneh kalau liat beauty vlogger yang kayaknya ko perfect banget secara tampilan itu, bikin kita ga sembuh-sembuh dari rasa tidak puas atas ketidaksempurnaan fisik kita dan berlaku makin konsumtif untuk memperbaiki kondisi tampilan luar kita. 

Lantas bagian mana solusinya, agar kita lepas dari belenggu ini? Menurut hematku, hal yang utama yang perlu kita rubah adalah pola pikir! Yups! Kita perlu lebih memahami pengetahuan diri kita agar kita bisa menerima diri kita lebih baik. Sehingga akan mudah juga menerima bahwa kita ini hidup berdampingan dengan keberagaman. Coba tonton video TED dibawah ini, untuk menambah insight kamu terhadap pemahaman diri yang aku maksud.


Selain itu, bagi para perempuan, sebenarnya ada banyak sekali hal yang mestinya bisa menjadi fokus dalam hidup selain kecantikan.

"Don't be a girl with just a pretty face. Be the woman with everything - beauty, brain and money. Be the successful and independent woman that these girls can't mess with, and these boys can't touch." 
Kita bisa menggeser fokus kita menjadi lebih baik terhadap hubungan kita dengan Tuhan kita, kepada pengembangan intelegensi kita, kemandirian kita dan pengabdian kita pada orangtua dan orang sekitar. Banyak hal deh! Alihkan saja perhatian kita itu bukan pada tubuh saja, toh yang kita khawatirkan itu jasadnya masih sempurna kok.

Maka, ayo pandanglah tubuh kita sebagai sesuatu yang positif, anugrah. Dirawat itu penting apalagi dirawat agar sehat. Itu adalah salah satu bentuk syukur. Tapi tidak dengan terus-terusan merengek meminta uang perawatan kepada orang tua, padahal kulit kita masih bagus dan tanpa cacat. Padahal uangnya bisa ditabung untuk keperluan yang lebih penting. Padahal uangnya bisa disedekahkan ya kan?

Dan bagi teman-teman yang hobi betul mengomentari soal fisik, tolong, wanita itu diciptakan bukan hanya hadir dengan tampilan luarnya saja. Mereka masih punya banyak harta karun yang bisa dimuliakan. Belajarlah untuk menghargai hal privasi karena sejatinya topik pembicaraan untuk basa-basi itu masih banyak kali. Hehehe. Dukung kita untuk lebih mencintai apa yang kita punya ya, bukan justru menjatuhkan kepercayaan diri hehe. 

Hingga hari ini, kuakui, aku masih punya banyak sekali kekhawatiran soal fisik. Berat badanku sepertinya bertambah, dan kulit makin kusam karena sering pergi dan main diluar. But overall, aku lebih bersyukur karena dengan menantang matahari dan polusi, aku jadi mendapat banyak teman, banyak pengalaman yang ga bisa mungkin dibeli kalau aku hanya berdiam diri, menjaga kecantikan, gamau panas-panasan. Sip oke. Be beauty with your mind, attitude and heart, don't worry. Just be yourself honey! 

Ps. Tulisan ini telah disunting atas pertimbangan tulisan sebelumnya yang sangat subjektif dan  dangkal. Hehee yaaa maklumlah ya, kita tumbuh berkembang kawan! (^^)v


Telkom University - Ilmu Komunikasi (Broadcasting)
Scriptwriter | Journalist | Editor | Pejuang Quran, She is