Penyakit Kronis

Tuesday, March 17, 2015 0 Comments A + a -

ka hasbi diqi's experience
"Confort Zone emang bikin kita terlena. Tapi akan lebih baik kalau kita ditampar confort zone sekarang-sekarang. Supaya cepet move on
US sudah berakhir dan ternyata aull peringkat 13 paralel.. bukan sebuah kebanggaan dan bukan penyesalan berarti, karena emang US engga benar-benar aull perjuangkan. dan aull menyesal.
Tapi yang jadi masalah adalah perjalanan kelas 6 hari ini.

Aull udah ngalamin beruntut tes. Dari mulai tryout universitas, tes beasiswa universitas, terus sekarang dihadapin sama beragam ujian yang soalnya dibuat dari luar sekolah bukan dari sekolah sendiri.
Kenapa beda? Biasanya kalau soal dibuat dari sekolah, aull dan teman-teman enaknya dapet kisi-kisi dan tindak lanjutnya pasti menghapal buat ujian itu. Setelah itu hasilnya pasti bereslah, ngandelin aja tuh hafalan sampe bertahun-tahun. Dan setelah nyoba serentetan tes yang di luar, hasilnyapun di luar dugaan. Bagi aull yang gak biasa sih, gitu. Karena emang gak pernah dianggap serius. Kadang udah punya pikiran "nyantei ajalah" atau bahkan "yaa di Amanah juga bisa-bisa aja, nanti juga dapet ilham.".
Setelah ngikutin serentetan tes itu, banyak orang yang langsung kepo kan sama peringkat dari hasil tes. Dan itu dianggap penting! Aull yang dianggap lebih dari biasanya, ternyata sering banget dapet peringkat dibawah dibandingkan temen-temen yang lain. Orang bilang "faktor kebejoan" lebih nguntungin dari "kecerdasan". Dari situ temen-temen jadi berasumsi "Yaudahlah ga usah belajar. Liat aja yang belajar aja gak bagus-bagus amat tuh peringkatnya!" 
Waduh! Kalau gini serem juga. Tapi aull tetep on fire buat terus belajar dan terus berusaha "belajar cara belajar yang benar". Biasanya ga jauh-jauh di guide-in sama zenius.net dan tetep disupport sama orang tua dan orang-orang terdekat. :) Dari mereka rasanya ilmu itu tak pernah cukup. Masih banyak hal yang mesti dibenahi. Makanya semangat itu ga boleh surut,

Yang terpenting bagi aull sekarang adalah dari proses yang jatuh bangun ini, harus tetap membuat aull percaya pada diri sendiri dan berusaha untuk menjauhkan diri dari "penyakit kronis". Gengsi itu gak ada gunanya. Gengsi untuk mempertahankan image kita yang sudah dipandang baik dengan nilai-nilai bagus selama ini hanya akan menipu diri terus-menerus dan akhirnya membawa cerita kesedihan seperti cerita Ka Hasbi Diqi dan orang lain yang juga sudah banyak merasakannya.
Muslim yang lain adalah cerminan bagi yang lain. Kita boleh kan belajar dari cerita orang lain untuk menjadi lebih baik? Karena seharusnya kita sadar. Bahwa perjuangan kita itu masih belum cukup. Diluar sana banyak orang yang berpeluh-peluh mengejar mimpi. Apakah kita sudah puas dengan segala yang tampak hari saja?

Pokoknya semangat yaaaaaaa untuk yang sedang berjuang demi kesuksesan masa depannya anak-anak Indonesia! Khususnya buat anak Increzator yang sekarang lagi menjalani track itu. Tetap tempuh jalan-jalan baik, semoga barokah sepanjang hidup! ^^


Telkom University - Ilmu Komunikasi (Broadcasting)
Scriptwriter | Journalist | Editor | Pejuang Quran, She is