Menemukan Keindahan Menulis

Wednesday, November 13, 2019 0 Comments A + a -




Daya tahan. Aku sempat bodoh, karena sempat meniatkan diri untuk menyerah dari kumparan kurang dari 3 bulan bekerja. Padahal saat itu, aku hanya sedang baper karena merasa belum perform.

Desakan orang tua yang memintaku untuk kerja di BUMN juga mulai mengisi ruang hatiku saat itu. Tapi... hati kecil masih terus bertanya-tanya, mau kerja apa kalau bukan di media? Karena yang ku yakini saat ini, basic skillku paling memungkinkan untuk dimaksimalkan ya di industri media. Kalau sudah tau itu kan, kenapa harus memulai sesuatu yang kita sendiri masih mencari cocok-cocoknya to’? Lebih baik langsung tancap gas bukan?

Dan pada akhirnya aku memilih untuk bertahan dan beradaptasi. Just spill it out.

Alhamdulillahnya (meskipun aku belum tau juga), keputusan bertahan itu sesungguhnya enggak salah-salah amat. Sebagai pelipur lara, Allah mengirimkan beribu kebaikan agar aku mau berjuang lagi. Salah satunya, orang tuaku yang berhenti memaksa untuk daftar BUMN. Mungkin karena selama ini aku sering daftar asal-asalan, mereka jadi menyerah sendiri. Hehehe

Mereka mulai menyadari bahwa, ya bagaimanapun aku dipaksa, pada akhirnya bekerja harus sesuai minat. Makasih mah, pah sudah mau mengerti.

Dan balik lagi ke alasan aku bertahan, meski belum betah-betah banget karena belum bisa memposisikan diri sebagai orang yang bisa diperhitungkan di kantor, ya kan sayang aja kalau aku belajar setengah-setengah. Lebih baik aku menenggelamkan diri seutuhnya untuk belajar, bukan? Mumpung di kantor ini aku bisa menulis sebanyak-banyak dan direview langsung oleh editor-editor yang berpengalaman.

Dan keinginan belajarku semakin menguat ketika aku mulai menyadari keberadaan penulis-penulis hebat di kantor. Ya pertemuan itu bukanlah pertemuan tatap muka langsung. Namun pertemuan dengan mereka merupakan pertemuanku dengan karya-karya mereka yang seolah tengah berdiri tegap membusungkan dada dengan gagah, di depan karyaku yang masih menunduk karena belum ada apa-apanya.

Beberapa penulis-penulis kantor yang menjadi favoritku adalah Mas Tio, Mas Dalipin dan Kak Baiquni. Tulisan mereka menarik, sungguh menarik. Bagaimana mereka menghubungkan fenomena dengan hal lain, menjadi daya tarik. Aku bisa menghabiskan beberapa tulisan mereka dalam sekali duduk. Aku mengaguminya dan aku ingin terus belajar untuk bisa mencapai titik, di mana aku dapat mengakui diriku bisa menulis.

"Penulis-penulis terampil memilih gaya, termasuk gaya yang rumit, dengan kesadaran bahwa gaya itu menentukan makna ceritanya. Mereka berhitung. Di sisi lain, penulis-penulis buruk bekerja mengandalkan kebetulan. Kalau hasilnya bagus, kebetulan. Kalau buruk, ya, sudah semestinya begitu. Dan tidak semua bacaan yang membingungkan itu rumit. Sebagian cuma berantakan, sebab penulisnya tidak paham apa yang ia kerjakan. - Dea Anugrah

Di luar kantorpun aku menemukan beberapa penulis yang tulisannya menarik perhatian. Banyak di antaranya berasal dari Tirto.

Aku jadi sadar, bahwa, karya tulis itu bisa menciptakan sebuah keindahan layaknya karya seni. Kita bisa jatuh cinta dengan gaya bahasa dan cara berpikir sang penulis. Dan seiring dengan itu, aku menyadari bahwa menulis itu butuh integritas, intensitas dan tentu saja amunisi ilmu agar lancar menuangkan kata di atas kertas (kertas google docs i meant hahaha).

Kini, aku mulai mengukur diri tentang apa yang harus aku lakukan. Dengan menulis, aku dipaksa untuk membaca. Karena meningkatkan kualitas tulisan itu butuh referensi. Ah menyenangkan sekali berada di jalan ini.

Aku bersyukur bisa belajar setiap hari. Bisa setiap hari membaca banyak hal. Aku seperti menemukan tujuan hidupku lagi. Menemukan tujuan lama yang tersadarkan lagi untuk diarungi.

Tulisanku yang ini, iya yang sedang ku tulis ini bukanlah jenis tulisan apa-apa. Ia hanya sebuah celotehan dan curhatan dari luapan hati karena saking bahagianya aku menemukan sebuah makna.

Ya menulis... tidak semudah itu ternyata. Tapi menarik untuk dipelajari. Aku jatuh cinta bahkan hanya sedang memikirkan aku menulis, aku sudah jatuh cinta.  


Telkom University - Ilmu Komunikasi (Broadcasting)
Scriptwriter | Journalist | Editor | Pejuang Quran, She is