#1Day1Ayat : Suksesku Bukan Aku Saja Yang Buat
Roy's Artwork |
Sebentar lagi lebaran nih! Ayo mulai hubungi sahabat terdekat, kerabat dan tentu orang tua kita (mama, papa, nenek, kakek) tanya kabar mereka dan sampaikan permohonan maaf kita secara tulus agar kita mendapatkan berkah damai Iedul Fitri tahun ini. InsyaAllah ^^ *dan seketika inget banyak banget janji yang belum ditepatin sama orang banyak*
"Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui."
Baca Punya Ukhti Fira :
Iedul Fitri selalu menyimpan memori tersendiri bagi keluarga Aul. Iedul Fitri tahun 2001 adalah masa dimana kakekku meninggal setelah mushofahah. Orang soleh mah yah, meninggalnya setelah semua dosa dilebur. MasyaAllah.
Kakek aku ini orangnya humble banget. Banyak yang suka karena sifatnya yang penyayang, lembut dan ga bisa marah. Makanya banyak banget orang yang merasa kehilangan. Apalagi Umi, istrinya. Beliau adalah wanita yang paling merindukan Pak Jaja (kakek aku). Kebetulan aku sering banget curhat begitupun Umi. Jadi aku sering banget denger curhatan rindunya :") Sampe-sampe Umi minta aku buat bikinin buku biografi Pak Jaja ini.
Sebagai ibu atau nenek yang berjuang tanpa suaminya, Umi termasuk wanita yang sangat kuat. Bahkan aku sebagai cucunya juga pernah diasuh ketika tinggal selama pesantren. Karena waktu itu, rumah Umi di kota yang sama dengan pesantrenku.
Aku ingat betul bagaimana Umi mencuci pakaianku yang bejibun ketika pulang liburan.
Aku ingat betul bagaimana Umi membekaliku ayam goreng Mang Endang dan abon setiap aku hendak kembali ke asrama.
Aku ingat betul bagaimana Umi susah payah cari orang yang mau mengantarkan aku sampai Amanah. Meski harus debat-debat, gemes, dan sedih karena waktu itu hujan turun dan aku cuma bisa diantar naik motor.
Aku ingat betul bagaimana Umi menyelipkan doa-doa kesabaran diantara perihku menuntut ilmu jauh dari orang tua.
"Tenang teh, ini teh awal teteh mau sukses. Harus sabar ya."
Aku ingat betul langkah Umi yang tegar mengantarkan hingga depan gang untuk menguatkanku.
Aku ingat betul tatapan teduh dan sentuhan keikhlasan Umi mengurusku.
Maka, ketika aku lulus tahun kemarin. Aku sadar betul. Kesuksesanku bukan hanya dari usahaku dan anggapan orang bahwa aku murid yang pintar. Tapi kesuksesanku itu sebenarnya adalah campur tangan doa-doa orang tuaku, teman-temanku, juga orang-orang yang aku tak tau yang ternyata turut mendoakanku. Kesuksesanku bukan aku yang buat. Tapi keridhoan Allah karena doa-doa mereka yang sampai.
Maka papahku selalu mengingatkanku agar aku jangan pernah sombong. Jangan pula melawan orang tua. Jangan pula mengabaikan orang tua. Harus memuliakan orang tua. Harus mengurus orang tua. Kesuksesan kita hari ini tentu ada campur tangan orang tua.