Neighbors Story : Kegiatan Nyampir
Hidup ditengah masyarakat itu kadang suka ada lucu-lucunya. Percayalah. Apalagi, kalau hidup bareng orang Betawi, nyablak everyday, gosip kasak kusuk tetangga ya suka adalah kadang-kadang diobrolan sehari-hari. Keluargaku ga telalu nanggepin serius, aku juga sih suka-suka aja yang beginian, karena rasanya kita masih bisa diperhatiin sama tetangga, kehidupan antar manusia dengan keunikannya itu teryata masih ada. Lalu minggu ini ada kisah lucu yang baru-baru saja terjadi. Lucu karena, kok kok kok bisa sih ngebiarin anak melakukan hal itu, ya untung bisa ketemu lagi juga. 😜
Atmosfir Kabupaten Bekasi....
Yoi, ngerti banget deh, kalau kehidupan di kota itu ya meski di rumahku ga kota-kota amat, keras. Biaya hidup mahal, tapi penghasilan sehari-hari ga begitu berlimpah untuk bisa nutupin kebutuhan yang banyak tersebut. Apalagi kalau gelar pendidikan yang dipegang ga tinggi-tinggi amat, pasti ketar ketir. Nah, orang yang seperti ini di lingkungan rumahku banyak. UMKM mendominasi, tukang becak bejibun, buruh apalagi, kan kota industri, yang pengangguran juga ada. Melihat kondisi yang kayak gini, aku ga aneh kalau tercipta bahasa nyampir yang populer ditengah-tengah masyarakat Cikarang khususnya Kp. Bulak. Hehe
Menurut kamus mereka, nyampir itu adalah kegiatan bersafari ke daerah yang lebih ngota, lalu duduk-duduk atau bisa juga berkeliling, menunggu sang dermawan singgah berbagi sebagian rezekinya.Ya you know what i meant. Dan uniknya kegiatan nyampir ini didelegasikan dari sang orang tua kepada anaknya yang masih dalam usia produktif. Wew. Nanti orang tuanya mengantar sang anak ke daerah target, lalu sore harinya orang tua atau ayahnya akan menjemput si anak untuk pulang dan memanen hasil. Dan hal itu biasanya aman-aman saja terjadi, dan tidak ada kendala yang berarti.
Sampai suatu hari, kegiatan nyampir ini tidak lagi baik-baik saja karena anak yang diajak nyampir, hilang. Dan kebetulan anak ini juga yang biasa mengaji di tempat mamahku. Seluruh tetangga geger, jadi buah bibir seketika. Apalagi Ibu Rinah, ibu penjual nasi uduk depan rumahku, mendadak menjadi penyampai berita yang kredibel. Ia menceritakan kepada pelanggan dan tetangga terdekat, kronologis hilangnya anak Mpok Ene hingga perkembangan berita selama masa pencarian. Kebayang dong gimana hebohnya saat itu. Aku yang sedang berquality time, bercocok tanam bersama papah di halaman rumah cuma bisa ketawa-ketawa melihat tingkah bu Rinah yang sebadai itu. Tapi ya kami sekeluarga mendoakan semoga adik kecil bisa ditemukan kembali. Karena mamahnya terus menangis saban malam.
Dan doa-doa kita alhamdulillah terkabul! Yeay! Satu hari setelah mendengar kabar tersebut, terbitlah berita baik dipagi harinya. Idan ditemukan dan diantar hingga ke rumah dengan selamat. Entah memang dilepas oleh penculik atau kabur, aku tidak tau jelas pastinya bagaimana, yang penting Idan sudah kembali. :D
Tapi yang terus terpikir olehku, apakah kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi yang lainnya supaya tidak lagi bertaruh anak dengan resiko yang begitu besarnya? Ya meskipun aku tau, semua itu masih akan terjadi karena bakat, iya bakat kubutuh, tapi aku terus berdoa dan berharap semoga kejadian nyampir ini tidak lagi terjadi, tidak lagi membudaya. Ya, sebaiknya kita generasi muda juga berusaha bangkit dari keterpurukan ekonomi ini. Mulai berencana dan membangun segala macam usaha agar bisa mandiri secara finansial sedini mungkin. Dan yang terpenting, keleluasaan terhadap rezeki ini bukan cuma kita yang rasakan, tapi bisa juga menjadi mata air bagi orang lain yang kebermanfaatan bisa dirasakan oleh warga sekitar. Ya membuka lapangan pekerjaan gitu deh. Aamiin ya, semoga aja semoga :)
"Berusahalah kita untuk tidak terus-terusan memberi ikan, tapi berilah saja mereka kail dan jala agar mereka juga bisa berbagi ikan dengan orang lain."