When Mother Talks About Future
Have you ever asked your mom about how's her life now?
Kalau belum pernah, coba deh tanya, apakah dia sudah bahagia dengan hidupnya hari ini? Apakah apa-apa yang ia dapat hari ini sudah sesuai dengan apa yang ia cita-citakan dulu?
Suatu hari saat sarapan aku tanya mommy, "Mah, kira-kira masa depan teteh bakal cerah ga ya?". Tau jawabannya apa?, "Ya tergantung kamu lah.". Glek. Ia sih mommy bukan tipikal orang yang talktive dan suka kasih suggestion kayak papah. Mamah orangnya simple. Talk less do more. Lah kebalik, biasanya keluarga lain, ayah yang sifatnya kayak gini yak, tapi ya kadang aku juga penasaran sama mamah, pengen juga gitu dengar pendapat-pendapatnya tentang hidup. Oke deh sebagai jurnalis aku coba untuk melakukan wawancara mendalam. Ea.
Belum sempet melanjutkan pertanyaan lanjutan, nah mommy ternyata mau lanjutin omongan yang tadi, *nah Ul sabar apa yak 😌*. "Yah yang penting kamu ikhlas, dan sabar.", "sama konsisten ya mah?", aku menyambar. "Yah begitulah."
Lalu aku mengeluarkan busur dan anak panah terbaik untuk menembakan pertanyaan ini, "Terus menurut mamah, apa masa depan mamah bisa disebut cerah hari ini?". Anak durhaka. -,-
Jawabannya, "Ya iya dong, mamah punya suami, anak, rumah dan rezeki cukup, apalagi yang ga bisa disyukuri." Ya dan aku juga ingin menambahkan, mamah juga bisa menebar manfaat disekitar masyarakat dengan kontribusi nyata. Mencerahkan dengan pendidikan, walaupun dengan fasilitas seadanya, gratis pulak, tapi apa lagi nikmat yang mesti diingkari kan ya?
Akhirnya mamah menasehati juga agar aku mulai menabung. Supaya kalau sudah menikah, sudah bisa punya rumah sendiri dan lain-lainnya. Sejelek apapun awalnya, kalau milik pribadi lebih tenang aja begitu.
But overall, dari cerita tadi, menarik juga ya. Aku jadi penasaran, sebenarnya batas kita meraih cita-cita itu sampai kapan sih? Apa cita-cita itu? Apakah cita-cita hanya obsesi masa muda? Apakah benar, landasan kita memiliki cita-cita itu untuk berbagi inspirasi? Kalau tua sudah mampu menebar inspirasi, apakah cita-cita itu dicukupkan saja, diperpanjang atau disyukuri? Haha ya itu sih pilihan masing-masing yaah. Yang pasti ujungnya adalah jadikan segala cita-cita adalah persiapan mati. Apa-apa amal yang dikerjakan hari ini, secerah apapun terlihatnya, kalau tidak bermanfaat untuk bekal akhirat kan untuk apa ya.
But overall, dari cerita tadi, menarik juga ya. Aku jadi penasaran, sebenarnya batas kita meraih cita-cita itu sampai kapan sih? Apa cita-cita itu? Apakah cita-cita hanya obsesi masa muda? Apakah benar, landasan kita memiliki cita-cita itu untuk berbagi inspirasi? Kalau tua sudah mampu menebar inspirasi, apakah cita-cita itu dicukupkan saja, diperpanjang atau disyukuri? Haha ya itu sih pilihan masing-masing yaah. Yang pasti ujungnya adalah jadikan segala cita-cita adalah persiapan mati. Apa-apa amal yang dikerjakan hari ini, secerah apapun terlihatnya, kalau tidak bermanfaat untuk bekal akhirat kan untuk apa ya.
Dan untuk menjadikan hari Senin kita lebih semangat dan mungkin bisa pula menjadi jawaban dari pertanyaan-pertanyaanku diatas, aku ingin mengutip penggalan paragraf-paragraf hebat dari buku karangan Paulo Coelho, Manuskrip Yang Ditemukan di Accra ;
"Mengapa ada orang-orang yang lebih beruntung ketimbang yang lainnya?"
Dan sang Guru menjawab :
Keberhasilan tidak diukur dari pengakuan orang-orang lain atas karya kita. Keberhasilan adalah buah dari benih yang kau tanam dengan penuh cinta. Saat panen tiba, bisa kau katakan pada dirimu, "Aku berhasil."
Kau berhasil mendapat rasa hormat atas pekerjaanmu, sebab kau bekerja bukan melulu untuk hidup, tapi untuk menunjukan rasa cintamu pada sesama.
Kau berhasil menuntaskan apa yang telah kau mulai, meskipun kau tidak melihat perangkap-perangkap apa yang akan kau jumpai sepanjang jalan. Saat antusismemu memudar diterjang berbagai kesulitan yang menghadang, kaukerahkan disiplin. Dan ketika disiplin sepertinya akan lenyap ditelan kelelahan, kaugunakan saat-saat jeda untuk mempertimbangkan langkah-langkah apa saja yang perlu kau lakukan di masa depan."
"Orang-orang yang mencari kesuksesan jarang menemukannya, sebab kesuksesan bukanlah suatu akhir, melainkan sebuah konsekuensi."
"Obsesi tidak ada manfaatnya sama sekali ; obsesi hanya akan membingungkan kita dalam memilih jalan yang harus ditempuh, dan pada akhirnya merampas kesenangan dalam menjalani hidup."