(2/2) Bittersweet Year - Grow Up With Me!
"Tahun-tahun terbaik dalam hidupmu adalah saat dimana engkau memutuskan setiap masalah yang kau hadapi adalah milikmu sendiri. Engkau tidak menyalahkan ibumu, alam, atau bahkan presiden. Engkau menyadari bahwa dirimu sendirilah yang mengendalikan takdirmu sendiri"
-Albert Ellis-
Kalau ditafakuri, alhamdulillah 3 resolusi yang aku buat tahun lalu tercapai sudah. Bermesraan dengan Quran, melakukan perjalanan jauh dan menjalankan bisnis berhasil dilakukan. Seperti yang aku sebutkan dipostingan sebelumnya : (1/2) Bittersweet Year - Grow Up With Me! enam bulan pertama lebih banyak dihabiskan dengan Quran dan bisnis. Barulah di enam bulan berikutnya aku banyak melakukan perjalanan jauh, lintas provinsi misalnya. Alhamdulillah! Scroll down ya untuk cerita selengkapnya!
🚂 July, August, September
YASSSS! MALANG!
Ini jadi jalan jauh dengan pengalaman naik kereta pertamaku! ahahahahha
19 tahun hidup, baru saat itu naik kereta dan gratis. Pulang Pergi. Alhamdulillah :"D
Ah iya aku juga lupa ceritain, jadi tahun 2017 ini juga tahun strangers banget, tahun dimana aku ketemu, ngobrol dan cerita-cerita sama orang asing, maksudku, orang yang baru kutemui. Salah satunya saat melepas pegal di pantry area kereta, aku bertemu dengan bapak (yang ternyata kenal keluargaku di Ciawi) dan anak-anak didikannya yang cerdas dan menyenangkan. Begitujuga saat kepulanganku dari Malang, aku bertemu dengan mbak2 yang H-2 mau menikah!!!!!!!!!!!!!! Aduh pantesan si mbak ini aura cantiknya keluar, ternyata!
Oh ya, anyway, aku ke Malang bukan sekedar untuk jalan-jalan cantik gitu cyin, tapi, untuk membantu peserta dari kafilah Tel-U memenuhi kebutuhan lombanya. Ya gitulah jadi official intinya mah. Tapi ya, qadarullah, ini karena mamah ingin banget aku ikut lomba MTQ, temanku yang mengikuti cabang lomba Tartilil Quran sakit dan tidak bisa memaksakan untuk hadir karena jarak yang tidak memungkinkan juga, dan ya tiba-tiba aku ditunjuk jadi peserta di kereta, dadakan!!!!!!!! yaAllah :" manaan aku belum pernah belajar langgam-langgam gitu kan. Akhirnya aku latihan dong di kereta dan orang-orang pada denger. Ada bule nyuruh aku ke kursinya buat ngajiin disamping dia, tapi aku malu. Jadinya ga nyamperin deh. Maapin kuper gitu kadang :(
Nah dan akhirnya aku dengan suara yang parau karena habis dipakai latihan, naik juga ke panggung. MasyaAllah. Performancenya gimana? Hahaha banyak yang salah bacaannya saking gemetarnya, demam panggung pisan :"( dan aku merasa justru itu performance terburukku. Sedih, tapi, kalau orang sunda bilang mah, segitu juga uyuhan. Bisa berani menggantikan perwakilan kampus tanpa persiapan yang cukup, sudah mampu membesarkan hatiku untuk menghargai diriku sendiri. You did the big achievement honey! Hehehe
Lagipula, yang terpenting dari lomba MTQMN ini bukan hanya perlombaannya, tapi tentang bagaimana membangun keluarga (yoi, panitia dan peserta setahun bareng-bareng bok, banyak banget ceritanya), bagaimana menikmati kesempatan melihat para penggiat Quran yang jauh lebih hebaaaaaaat dan lebih istiqomah dari aku ini, dan yang terpenting lagi bagaimana menikmati kesempatan jalan jauhnya! Oya di Malang juga sebenarnya ada banyak teman dan kerabat, tapi karena sibuk latihan, aku cuma bisa ketemu Nek Titiek dan Tante Yayah. Hufft, tapi beneran deh, Malang saat itu meski tetap dingin seperti dulu-dulu, tetap meninggalkan kesan hangat di hati. Makanya mensyukuri nikmat silaturahmi also is a must!
Setelah selesai urusan MTQMN dan kembali ke rumah, aku disibukkan oleh persiapan Aksi Peduli Desa di Neglawangi. Karena saat itu aku Kadiv Acara, beban untuk persiapan acara yang semakin mepet ini double-double paniknya. Aku dan tim acara mengakui bahwa rapat online itu tidak selamanya efektif. Pada akhirnya, rencana-rencana yang terukur dan hebat baru bisa terhimpun dan tergambar saat kita kembali ke kampus, yups ofc, as committee, we back to campus earlier than others.
Dan ilmu kepemimpinan yang diwariskan Uti Tihe, yang terus aku pegang teguh sejak aku pesantren hingga hari ini ternyata sangat bermanfaat. Beliau bilang, "Saat memimpin, kita tidak perlu memaksakan diri melakukan dan menyuruh hal benar ul, cukup membuat anggota senang dan nyaman, maka hal yang baik akan mengikutimu.", yups, untuk APD kali inipun sedetikpun aku berusaha untuk tidak perfeksionis. Seditikpun aku berusaha untuk tidak marah-marah dan aku berusaha untuk tidak malas dan mengundur-ngundur kewajiban. Aku akui, manajemen kepanitiaan untuk Aksi Peduli Desa kali ini benar-benar kompak, semua elemen bersinergi, ya walau kekurangan pasti ada, tapi semua merasa puas dengan hasil kerjanya masing-masing. Termasuk aku. Aku sangat bahagia, ketika anggotaku tidak menganggapku sebagai atasan bahkan musuh. Tapi mereka benar-benar menganggapku sebagai partner yang penyabar dan menyenangkan. Sehingga mereka bisa bercerita dengan suka cita bagaimana mereka begitu senang menyelesaikan tugas-tugasnya di lapangan. Ah sungguh membahagiakan!
Selesai acara dengan wajah yang megar-megar aku masih was-was bagaimana nasibku semeseter ini. Akankah kuliah di Tel-U seperti biasanya, atau, di UUM sebagai perwakilan student exchange? Kerisauan yang berkepanjangan ini pada akhirnya, tak mampu menahanku lagi untuk tidak menangis didepan papah. Maaf ya da ini teh anaknya olo-olo pisan, jadi aja cengeng mah wajar. Tapi setelah nangis bombay, ga disangka ada Nakei yang tiba-tiba mau nemenin ketawa-ketawa lagi. What a beautiful night!
Dan jawaban dari kerisauan hati tersebut akhirnya muncul setelah beberapa hari kemudian. Keberangkatanku dipending hingga semester depan. Yups. Visa yang tak jelas riwayat persenannya itu, membuat kami (5 orang lain yang belum berangkat) dibolehkan untuk berangkat semester depan. Tapi papahku sudah lebih dulu memutuskanku agar aku mengundurkan diri saja. Alhasil semester 6 ini, meskipun aku punya akses kesana, dan visaku sudah 80%, aku tetap tidak berangkat karena bentrok dengan jadwal umroh. Yah belum rezeki kali ya, mungkin nanti sekolah ke luar negerinya, S2 bareng suami kali yaaa. Uhuk.
Life must go on, sudahlahlah, kalau diingat perjuangannya, memang mengurus berkas itu melelahkan dan rasanya mencoba hal baru di negeri orang juga pasti akan menyenangkan.Tapi, aku juga mesti move on, karena nyatanya masih banyak hal yang bisa aku lakukan disini. Salah satunya menjadi mentor di Badan Mentoring Tel-U dan ikut program Proyek Langit X RSPQ yang sudah menanti untuk dijalani. Dan pada akhirnya, September ini ditutup dengan hari ultahku yang luar biasaa!!! Keluarga dan sahabat mendoakan kebaikan dan tentunya aku mendapatkan ucapan pertama dari ibu camer wkwkwk
📷 October, November, December
Bulannya tugas besar, bulannya berkarya!!
Sekali lagi, aku ke Neglawangi, tapi kali ini untuk buat video dokumenter dan untuk menikmati suasana Neglawangi yang sebelumnya tidak aku dapatkan. Iyalah, pertama kali aku kesini kan, fokusku lebih kepada mengatur rundown acara dibandingkan menikmatinya. Padahal Neglawangi ini sudah seperti surganya Jawa Barat. Duh indah betul pemandangannya! Dan yang paling penting ramah betul penduduknya. Selain itu, spirit untuk maju dari warganya membuatku terkagum-kagum. Ya semoga, Allah terus memberkahi desa ini, dan semoga segala permasalahan klasik di desa ini, bisa segera mereka atasi secara mandiri, tanpa menunggu bantuan pemerintah sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan. Aamiin. Oya, kalau kalian berkesempatan ke Neglawangi, sempatkan juga bertemu dengan Pak Isur yaaaa! Dan jangan lupa sampaikan salamku padanya! ^^
Pulang ke Bandung, setelah mengedit satu hari suntuk, esok-esoknya aku bergegas untuk persiapan lomba Tahfidz di UIN Bandung dong! Aku dibantu teh Muthi, kebut-kebutan untuk murojaah hapalan-hapalan yang akan dilombakan. Sempet tegang sih, tapi pada akhirnya, di hari H aku bisa menyelesaikan soal-soal yang diberikan dengan baik.
Apakah aku memenangkan kompetisinya? Belum. Tapi dihari yang bersamaan dengan hari pengumuman, aku mendapatkan akses gratis untuk mengikuti Seminar NLP di Hotel Grand Tebu, Bandung. Sedikit sekali anak muda yang mengikuti seminar ini, mayoritas ibu-ibu dan bapak-bapak mapan dari berbagai bidang profesi yang mengikuti seminar tersebut. Aku merasa terhormat walaupun awalnya canggung karena gap year yang terlalu senjang. Hehehe. Terimakasih Pak Ferdian atas kesempatannya!
Dan masih bersama pak Ferdian, aku dan tim ditantang untuk menjalankan proyek video teaser yang nantinya kalau istiqomah akan dipakai pra-event Pesta Wirausaha 2018 nanti. Dan karena proyek tersebut, untuk pertama kalinya, aku belajar di lapangan bersama Bang Doel untuk menggarap video story Hari Pahlwan. Duh, ini mah sutradara senior nan profesional yang humble banget. Dan lagi ternyata, meski orangnya ngoboy, ternyata nyantri pisan! Loveable!
Oke part terakhir nih!! November Desember, waktu, pikiran, uang, tenaga, bener-bener kekuras habis sama tugas besar yang semuanya produksi di lapangan.
Ada Whistle Blower, yang ceritanya terinspirasi dari kasus-kasus mafia di mata kuliah Jurnalistik Investigasi dan berhasil menyabet Juara Satu di Lomba Tel-U Anti Korupsi 2017.
Ada film Decision, yang ide ceritanya tentang Mitos yang ternyata ga terbukti secara pengalaman.
🚂 July, August, September
YASSSS! MALANG!
Ini jadi jalan jauh dengan pengalaman naik kereta pertamaku! ahahahahha
19 tahun hidup, baru saat itu naik kereta dan gratis. Pulang Pergi. Alhamdulillah :"D
Ah iya aku juga lupa ceritain, jadi tahun 2017 ini juga tahun strangers banget, tahun dimana aku ketemu, ngobrol dan cerita-cerita sama orang asing, maksudku, orang yang baru kutemui. Salah satunya saat melepas pegal di pantry area kereta, aku bertemu dengan bapak (yang ternyata kenal keluargaku di Ciawi) dan anak-anak didikannya yang cerdas dan menyenangkan. Begitujuga saat kepulanganku dari Malang, aku bertemu dengan mbak2 yang H-2 mau menikah!!!!!!!!!!!!!! Aduh pantesan si mbak ini aura cantiknya keluar, ternyata!
Oh ya, anyway, aku ke Malang bukan sekedar untuk jalan-jalan cantik gitu cyin, tapi, untuk membantu peserta dari kafilah Tel-U memenuhi kebutuhan lombanya. Ya gitulah jadi official intinya mah. Tapi ya, qadarullah, ini karena mamah ingin banget aku ikut lomba MTQ, temanku yang mengikuti cabang lomba Tartilil Quran sakit dan tidak bisa memaksakan untuk hadir karena jarak yang tidak memungkinkan juga, dan ya tiba-tiba aku ditunjuk jadi peserta di kereta, dadakan!!!!!!!! yaAllah :" manaan aku belum pernah belajar langgam-langgam gitu kan. Akhirnya aku latihan dong di kereta dan orang-orang pada denger. Ada bule nyuruh aku ke kursinya buat ngajiin disamping dia, tapi aku malu. Jadinya ga nyamperin deh. Maapin kuper gitu kadang :(
Nah dan akhirnya aku dengan suara yang parau karena habis dipakai latihan, naik juga ke panggung. MasyaAllah. Performancenya gimana? Hahaha banyak yang salah bacaannya saking gemetarnya, demam panggung pisan :"( dan aku merasa justru itu performance terburukku. Sedih, tapi, kalau orang sunda bilang mah, segitu juga uyuhan. Bisa berani menggantikan perwakilan kampus tanpa persiapan yang cukup, sudah mampu membesarkan hatiku untuk menghargai diriku sendiri. You did the big achievement honey! Hehehe
Lagipula, yang terpenting dari lomba MTQMN ini bukan hanya perlombaannya, tapi tentang bagaimana membangun keluarga (yoi, panitia dan peserta setahun bareng-bareng bok, banyak banget ceritanya), bagaimana menikmati kesempatan melihat para penggiat Quran yang jauh lebih hebaaaaaaat dan lebih istiqomah dari aku ini, dan yang terpenting lagi bagaimana menikmati kesempatan jalan jauhnya! Oya di Malang juga sebenarnya ada banyak teman dan kerabat, tapi karena sibuk latihan, aku cuma bisa ketemu Nek Titiek dan Tante Yayah. Hufft, tapi beneran deh, Malang saat itu meski tetap dingin seperti dulu-dulu, tetap meninggalkan kesan hangat di hati. Makanya mensyukuri nikmat silaturahmi also is a must!
Setelah selesai urusan MTQMN dan kembali ke rumah, aku disibukkan oleh persiapan Aksi Peduli Desa di Neglawangi. Karena saat itu aku Kadiv Acara, beban untuk persiapan acara yang semakin mepet ini double-double paniknya. Aku dan tim acara mengakui bahwa rapat online itu tidak selamanya efektif. Pada akhirnya, rencana-rencana yang terukur dan hebat baru bisa terhimpun dan tergambar saat kita kembali ke kampus, yups ofc, as committee, we back to campus earlier than others.
Tim Acara |
Dan ilmu kepemimpinan yang diwariskan Uti Tihe, yang terus aku pegang teguh sejak aku pesantren hingga hari ini ternyata sangat bermanfaat. Beliau bilang, "Saat memimpin, kita tidak perlu memaksakan diri melakukan dan menyuruh hal benar ul, cukup membuat anggota senang dan nyaman, maka hal yang baik akan mengikutimu.", yups, untuk APD kali inipun sedetikpun aku berusaha untuk tidak perfeksionis. Seditikpun aku berusaha untuk tidak marah-marah dan aku berusaha untuk tidak malas dan mengundur-ngundur kewajiban. Aku akui, manajemen kepanitiaan untuk Aksi Peduli Desa kali ini benar-benar kompak, semua elemen bersinergi, ya walau kekurangan pasti ada, tapi semua merasa puas dengan hasil kerjanya masing-masing. Termasuk aku. Aku sangat bahagia, ketika anggotaku tidak menganggapku sebagai atasan bahkan musuh. Tapi mereka benar-benar menganggapku sebagai partner yang penyabar dan menyenangkan. Sehingga mereka bisa bercerita dengan suka cita bagaimana mereka begitu senang menyelesaikan tugas-tugasnya di lapangan. Ah sungguh membahagiakan!
Keluarga Besar Aksi Peduli Desa 2017 |
Dan jawaban dari kerisauan hati tersebut akhirnya muncul setelah beberapa hari kemudian. Keberangkatanku dipending hingga semester depan. Yups. Visa yang tak jelas riwayat persenannya itu, membuat kami (5 orang lain yang belum berangkat) dibolehkan untuk berangkat semester depan. Tapi papahku sudah lebih dulu memutuskanku agar aku mengundurkan diri saja. Alhasil semester 6 ini, meskipun aku punya akses kesana, dan visaku sudah 80%, aku tetap tidak berangkat karena bentrok dengan jadwal umroh. Yah belum rezeki kali ya, mungkin nanti sekolah ke luar negerinya, S2 bareng suami kali yaaa. Uhuk.
Life must go on, sudahlahlah, kalau diingat perjuangannya, memang mengurus berkas itu melelahkan dan rasanya mencoba hal baru di negeri orang juga pasti akan menyenangkan.Tapi, aku juga mesti move on, karena nyatanya masih banyak hal yang bisa aku lakukan disini. Salah satunya menjadi mentor di Badan Mentoring Tel-U dan ikut program Proyek Langit X RSPQ yang sudah menanti untuk dijalani. Dan pada akhirnya, September ini ditutup dengan hari ultahku yang luar biasaa!!! Keluarga dan sahabat mendoakan kebaikan dan tentunya aku mendapatkan ucapan pertama dari ibu camer wkwkwk
📷 October, November, December
Bulannya tugas besar, bulannya berkarya!!
Sekali lagi, aku ke Neglawangi, tapi kali ini untuk buat video dokumenter dan untuk menikmati suasana Neglawangi yang sebelumnya tidak aku dapatkan. Iyalah, pertama kali aku kesini kan, fokusku lebih kepada mengatur rundown acara dibandingkan menikmatinya. Padahal Neglawangi ini sudah seperti surganya Jawa Barat. Duh indah betul pemandangannya! Dan yang paling penting ramah betul penduduknya. Selain itu, spirit untuk maju dari warganya membuatku terkagum-kagum. Ya semoga, Allah terus memberkahi desa ini, dan semoga segala permasalahan klasik di desa ini, bisa segera mereka atasi secara mandiri, tanpa menunggu bantuan pemerintah sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan. Aamiin. Oya, kalau kalian berkesempatan ke Neglawangi, sempatkan juga bertemu dengan Pak Isur yaaaa! Dan jangan lupa sampaikan salamku padanya! ^^
Tim I Sure Production |
Angka 18 belum memberikan keberuntungan ternyata hoho |
Forum Group Discussion NLP di akhir sesi |
Dan masih bersama pak Ferdian, aku dan tim ditantang untuk menjalankan proyek video teaser yang nantinya kalau istiqomah akan dipakai pra-event Pesta Wirausaha 2018 nanti. Dan karena proyek tersebut, untuk pertama kalinya, aku belajar di lapangan bersama Bang Doel untuk menggarap video story Hari Pahlwan. Duh, ini mah sutradara senior nan profesional yang humble banget. Dan lagi ternyata, meski orangnya ngoboy, ternyata nyantri pisan! Loveable!
Oke part terakhir nih!! November Desember, waktu, pikiran, uang, tenaga, bener-bener kekuras habis sama tugas besar yang semuanya produksi di lapangan.
Ada Whistle Blower, yang ceritanya terinspirasi dari kasus-kasus mafia di mata kuliah Jurnalistik Investigasi dan berhasil menyabet Juara Satu di Lomba Tel-U Anti Korupsi 2017.
Ada film Decision, yang ide ceritanya tentang Mitos yang ternyata ga terbukti secara pengalaman.
Ada bikin miniatur panggung OVJ Spesial Hari Ibu yang mengadaptasi cerita Malin Kundang.
Dan yang terakhir ada video program Magazine, yang kerjaannya hunting tempat instagramable termurah di Bandung.
Wuaaa seru bangetlah tahun ini kalau diliat-liat, apalagi akhirnya makan-makan sekelas di Shawaregna, udah serasa bucat bisul kalau di Amanah mah kan ya? wkwkwk
Tapi sepanjang postingan ini, cerita yang belum kemasukin mah masiiiiiih banyak banget. Diantaranya join IMM, ketemu kinanah, tragedi papah beli ambulan, kedatangan Ainka ke Cikarang, quality time hari ibu di Kota Tua, jajan dimsum sepuasnya di Bambu Dimsum, mendadak jajan malam ke Jalan Sudirman, akhir tahunan di Punclut, daaaaan masih banyak lagi!!! Makanya kebangetan banget yah kalau ga bersyukur?! Karena tahun ini pahit manisnya kumplit banget!!!! Alhamdulillah.
Tahun 2018 nanti, mudah-mudahan, lebih seru lagi, mudah-mudahan lebih produktif lagi, bisa berpenghasilan dan bisa nabung buat persiapan nikah, Broadcast Project Movie dan skripsi juga mudah-mudahan lancar, bisa dapat tempat magang yang enakeun dan keren, bisa rajin nulis di blog ini, bisa sering ngejajanin papah, mamah, iki dan yang terpenting bisa nambah hapalan Qurannya juga. Pokoknya apapun yang baik dan berkah semoga mendekat dan yang buruk menjauh dan terus dijauhkan. Aaamiin yaaa dan semoga teman-teman juga begitu! Good Luck!!
Lots Love,
Aulia Risyda