#1Day1Ayat : Perjalanan Syukur
“Don’t try
so hard, the best things come when you least expect them to”
Roy's Artwork |
“Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”
Baca Punya
Ukhti Fira :
Dan
ga jauh dari rumah Inon, ternyata banyak banget destinasi wisata yang
asik buat dikunjungi. Salah satunya Pantai Karangnunggal dan Goa
Pamijahan. Pantai Karangnunggal sendiri sebenarnya sudah pernah Aul
kunjungi sebelumnya bareng-bareng teman kelas C tapi kalau Goa Pamijahan
ini baru pertama kali Aul coba dan malah dapet pengalaman yang
luaaaaaaaar biasa.
Kesan pertama memasuki kawasan ziarah Pamijahan : Tradisional Banget.
Maksudnya
banyak kyai-kyai atau santri yang dari pakaiannya terlihat masih
menganut hal-hal tradisional, seperti memegang luhur kepercayaan
leluhurnya melalui ritual-ritual turun temurun. Aku sok tau aja sih.
Soalnya berpakaian sendiri kan merupakan salah satu cara manusia
mengkomunikasikan dirinya kan? *ceilah anak komunikasi banget*
Usut
boleh usut Goa Pamijahan ini katanya dulu adalah tempat dimana Syekh...
mendapat karomah bisa berpindah-pindah tempat bahkan hingga ke Mekkah
hanya melalui lubang-lubang di Goa tersebut. Selain itu goa ini juga
dipakai wali songo untuk bermusyawarah dakwah Islam. Buktinya ada sebuah
batu yang dipercaya mirip mimbar pemimpin rapat. Weh keren kan!
Selama
tour guide menjelaskan penjelasan sejarah goa ini, aku bersusah payah
untuk melewati batu-batu tajam goa dengan cekatan lalu menghindari air
stalagtit dengan cepat. Maklumlah ini perjalanan malam, menyusuri Goa
hanya dibantu dengan penerangan petromaks haruslah tetap waspada dan
super hati-hati.
Disela-sela
perjuangan itu, melihat dinding goa yang kokoh, sempit namun sangat
luas membuatku tak henti-hentinya memuji asma Allah. Tuhan yang
menciptakan semua ini dengan sempurna, tidak cacat bahkan sangat
seimbang komposisinya. Aku sungguh kagum sejak sedari awal perjalanan,
kulihat pantai yang ombak sangat besar tapi masih memiliki kendali,
masih memiliki batas berhenti, kulihat rumah pedalaman seorang diri tapi
pasti tetap Allah urus rezekinya, kulihat muara yang airnya terpisah
sepertinya karena adanya air tawar dan air asin. Ah ya Allah meskipun
hari itu aku jatuh duduk dan rasanya sakit sekali, tapi dari sana aku
semakin berpikir bahwa Engkau lagi-lagi menciptakanku tanpa cacat.
Menciptakan tulang ekor agar bisa dengan leluasa bungkuk hingga duduk.
Ya Allah maafkan kami, hamba-hambamu yang kurang bersyukur.