Manis-Manis Coklatku
Sudah satu minggu coklatnya kusimpan.
Bukannya tak mau kubuka. Tapi sayang bukan main makannya. Hehehe. Haduuh,
rasanya aku senyum-senyum terus. Terkena sindrom jatuh cinta,mungkin. Tapi
biarlah, aku benar-benar menikmatinya.
26 September 2011 yang lalu,
umurku genap 14 tahun. Keluargaku tak membiasakan adanya perayaan ulang tahun.
Jadi ulang tahunku kemarin biasa-biasa saja. Tak ada yang spesial. Bahkan
mamahku baru kirim pesan setelah esok harinya. Paling hanya ucapan-ucapan ulang
tahun yang memenuhi dinding facebookku.
Oh ya, diantara ucapan-ucapan ulang tahunku,
terselip satu ucapan singkat tapi memikat hati. Hmm, ucapan dari kakak kelasku.
Ah, biasa saja. Benar-benar biasa. Mungkin dia tak bermaksud apa-apa. Hanya
bersimpati untuk give greeting di hari spesialku. Ya meskipun satu bulan
terakhir aku dekat dengannya, tapi kami hanya teman biasa. Hubungan antara adik
kelas dan kakak kelasnya. Tak lebih.
Aku berangkat sekolah seperti
biasanya. Ketika melangkah ke depan pintu kelas, aku baru teringat. Kelasku punya
tradisi yang menyebalkan namun menyenangkan.Jumlah murid di kelas ku ganjil,
berarti ada satu kursi yang tak punya pasangan. Biasanya kursi ini dipakai
untuk mereka yang berulang tahun. Posisi kursi itu tepat berada di depan meja
guru. Kotor .Penuh coretan kapur,kursi yang rapuh. Benar-benar tidak nyaman.
Sudah kuduga, teman-temanku
telah bersiap menyambut kedatanganku di kursi panas itu. Dengan berat hati
kusimpan ranselku di atas meja. Tak masalah,aku tak’n mengeluh. Kapan lagi
ulang tahun. Hanya satu tahun sekali kan. Paling aku hanya merengek jika
teman-temanku sudah bertingkah keterlaluan.
Jam pelajaran satu persatu
dilalui.Sempat-sempatnya aku berkhayal flash back ke masa dulu. Tahun lalu aku
dapat boneka beruang mungil dari kakak. Tapi SMA diluar mungkin telah
membuatnya sulit atau bahkan lupa untuk memberiku hadiah lagi. Tidak apa-apa.
Lagipula aku bukan anak kecil lagi yang selalu menginginkan hadiah. Aku hanya
berharap,kelak aku akan menjadi manusia yang lebih baik di masa yang akan
datang. Iya kan?
Tiba-tiba kuterbangun dari
lamunanku. Tidak! Buku catatanku diambil Leady! Aduuh didalamnya ada sedikit
curahan hati yang kutulis kemarin.
“Leady balikin dong”, aku
merengek-rengek tak rela.
“ooo, tidak bisa! Liat aja
nanti habis istirahat leady kasih ke away!” Leady justru menantangku.
“yaaah.. jangan! Please!”
Kurebut buku catatan itu dari
tanganya. Sial! Aku tak dapat meraihnya. Dialempar kesana kemari. Teman-teman juga turut
membantunya. Rasanya aku ingin nangis
saja. Tapi itu takan berguna.
Ku kejar Leady sampai ke luar
kelas. Tiba-tiba ada yang memanggilku.
“Aull”, aku tersentak kaget.
Kukira siapa. Ternyata akhi rija dan akhi zaki memanggilku.
“Apa khi?”, tanyaku keheranan
“ Hari ini ulang tahun ya?”
“ya. Hehe” aku menjawab kikuk
seadanya.
“ Selamat ulang tahun ya. Oh ya
tuh brother sweet (nama samaran) mau kasih hadiah katanya.”
“ah masa khi?”
“Ah pastii seneng yaaa?” akhi
rija malah menggodaku.
“Auuuuuuullllll!!” tiba-tiba
ada yang meanggilku lagi. Tapi sumber suara berasal dari dalam kelas.
“Ya ampun. Akhi dah dulu ya,
dipanggil sama temen”
“ oh ya udah atuh”, tanpa
menoleh lagi aku langsung berlari kedalam kelas.
“Mau diambil ga nih bukunya?
Atau mau di kasih aja ke Away?!” Leady mengolok-olokku terus sambil
memamer-mamerkan buku kecil berwarna oranye itu.
“Leady udah dong balikin
bukunya!”
“Ga mau! Ecaa tangkep”
“aaaah! Siaaal!! Balikin dong!
Pleasee!!!”
Leady berlari keluar kelas. Aku
mengejarnya terpogoh-pogoh. Tak sadar lagi ada yang memanggilku. Aku terus
mengejar Leady. Ketika ku melihat ke samping kanan dekat meja piket, Brother
sweet melihatku kerepotan. Dia tersenyum. Ya Allah, manis sekali dia. Ah aku
sampai lupa. Tak peduli yang penting buku catatanku harus kembali. Ku kejar lagi
Leady. Tapi tetap saja tak sampai-sampai. Aku lelah. Biarlah.
Aku kembali ketempat
duduk. Buku catatanku tak berhasil kudapatkan. Akhirnya aku memilih untuk diam
saja. Nanti juga leady cape sendiri. Kugunakan waktu yang masih tersisa untuk
beristirahat sebentar,sepertinya pak Taufik akan masuk sebentar lagi.
Pelajaran usai. Aku
kembali ke kamar. Aku lupa dengan hari ini. Aku sibuk harus mempersiapkan ABC
nanti malam. Yah, hingga menjelang magrib, aku mempersiapkan segala sesuatu
untuk ABC nanti malam.
Magribnya 9c berkumpul
di kamar Ahmad Badawi. Tidak ada hapalan magrib itu. Sekedar baca Quran lalu
bercerita ringan. Saling bercanda dan seperti biasanya Leady memainkan banyak
lelucon. Oh ya, aku teringat lagi. Sekali lagi aku menagih buku catatanku. Hey
hari inikan sudah hampir berakhir! Kurasa Leady pasti akan mengembalikan.
Ternyata dugaan ku
meleset 180* derajat. Bukannya
dikembalikan Leady justru benar-benar memberikan buku catatanku ke Away. Aaaah
aku stress! Ini benar-benar sudah keterlaluan.
Terserah! Aku
benar-benar sudah lelah. Aku pulang ke kamarku. Setengah berlari agar cepet
sampai. Aku benar-benar tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya buku itu ada
ditangan Away. Aku segera duduk di belakang kasurku. Menangis sejadi-jadinya.
Menutup mata, berteriak, tak peduli siapapun yang lihat.
Tidak lama kemudian,
teman-teman menghampiriku. Bertanya sebabku menangis. Kujelaskan sambil
memaki-maki. Aku tak sadar ternyata Mutia malah merekamku. Ya Allah apa-apaan
ini. Leady pun datang. Bertanya ini itu.
Aku sebal bukan main. Sudah tau dia salah. Tapi masih saja mengolok-olokku. Tak
kuat lagi, aku naik ke atas kasurku. Teman-teman semakin banyak yang datang.
Kututup wajahku dengan bantal mickey mouse yang sebenarnya kado 2 tahun lalu
dari ukhti Henda.
“hhuhuhu.. kenapa coba
Leady mesti kasih bukunya ke Away! Kan disananya juga banyak rahasianya.”,aku
mengomel sambil terisak-isak.
“ Ka Aull, Leady mau
jujur.” Leady mencoba untuk membuka bantal yang kututupi ke muka.
“Ga mau, tau ah!”
“Yah, yang ulang tahun
teh gak rame ah. Pundungan gini mah”, eka ikut berkomentar.
“ Atu da bund. Ini mah
tega banget. Masa buku curhatan aull dikasih ke banin sih”
“Kak aull! Makanya
dengerin dulu. Da sebenernya bohong! Nih bukunya! Hahahahahaha”
Aku mencoba mengintip
dari balik bantal.Takut-takut Leady berbohong lagi. Ternyata yang dia katakan
kali ini benar. Akupun tersenyum malu-malu. Teman-teman menyorakiku. Aku maluu
sekali. Mataku sudah sembab, hidungku juga bengkak. Belum 5 menit buku oranye
itu ditanganku, Milana sudah merebutnya lagi dariku. Pada akhirnya aku malah
bermain kejar-kejaran. Hahaha, kurasa hariku hari ini menyenangkan. Meskipun
sebelumnya jengkel benar. Tapi, cukup meninggalkan banyak kesan kok.
Setelah salat isya, aku
bergegas untuk ekskul jurnalistik. Sebenarnya malam itu juga aku harus rapat.
Tapi, karena harus mengejar target edisi baru, maka aku izin untuk tidak ikut
rapat malam ini.
“Ukhti nadifa... aull
izin dulu ya gak ikut rapat.”
“Kenapa ull, bilang aja
langsung ke Brother Sweet”, ukhti Nadifa juga terlihat sedang memburu waktu.
“ok.”
Segera ku bergegas
kedepan gerbang untuk menemui Brother Sweet. Tak sulit untuk menemukannya. Dia
sudah stay sedari tadi.
“Akhi, aull izin dulu
ya, mau ABC.” Sambil memalingkan muka. Takut Brother Sweet lihat muka merahku
sehabis menangis.
“oh iya, gak apa-apa.”
Aku segera berlari
menuju kelas karena sedari tadi teman-temanku telah menunggu di kelas. Rasanya
malam ini juga terasa indah. Teman-teman mengerjakan tugasnya dengan baik.
Mudah di atur pula.
Jam 10 malam. Angin
telah menampakan hawanya yang menusuk tulang. Dingin yang aku rasakan. Aku dan
Mutia bergegas menuruni tangga menuju majalah dinding lorong. Memasang hiasan
pada lay out. Sesekali aku menengok
ke arah kamar lurus yang tepat berada diujung sana. Ku lihat tanda-tanda keberadaanya. Kurasa para penghuninya sudah
tak melakukan aktivitas apapun. Lampunya pun terlihat mati. Sepertinya mereka
telah pergi tidur.
“Yaa., i can’t hope
more, Mut! J”
“yaa kak.. udahlah gak
apa-apa,, don’t hope more!”
“iyaa.. dia kan bukan
siapa-siapa kkak ya? Hhu “
“hahaha” Mutia hanya
tertawa kecil. Ya setidaknya dia bisa mengerti sedikit apa yang kurasakan. Sudahlah. Aku takan mengharapkan hadiahnya.
Selesai sudah. Kamipun
kembali keatas untuk persiapan menempel artikel, gambar dan sebagiannya.
Setengah 12 malam. Padahal janjinya kami akan pulang ke kamar jam 10. Ah tak
apa sedikit melanggar. Lagipula kunci gerbangnya ada ditanganku. Tapi sesegera
mungkin kami menempel segala artikel, gambar dan sebagainya ke mading. Selain
sudah terlalu larut malam kamipun sudah lelah.
Hanya perlu waktu 20
menit, mading selesai dihias. Ya,cukup puas :D. Sedikit motivasi, penutupan
lalu pulang menuju kamar masing-masing Selesai . Aku pulang bersama Mutia dan
Lyshe.
23.55. Tiba-tiba ada
yang memanggilku dari balik jendela. Kaget bukan kepalang, memberi isyarat
untuk menghampirinya. Ternyta ukhti Rifa. Kulangkahkan kakiku di kesunyian
malam menuju kamarnya.Ukhti Rifa menyodorkan kresek putih. Ternyta coklat
isinya.
“Nih, dari brother
sweet ull.” Ukhti Rifa setengah berbisik, takut suaranya menggangu yang sudah
tidur.
“Wah yang bener ti?”
aku melotot setengah tak percaya.
“iya bener J. Happy birthday juga
katanya.”
“Wah, asiik. Makasih
gitu ya ti.”
“iya siip.udah gih ke
kamar. Udah malem juga tuh”
“oh iya. Syukron ya ti.
Assalamu’alaikum”
“ya afwan.
Wa’alaikumslam”
Aku memegangi plastik
putih itu. Masih belum percaya. Terus saja berpikir benarkah ini terjadi.
Kubuka pintu kamar.Bibirku tersenyum lebar. Teman-temanku yang masih bangun tak
begitu memeperhatikan.Ah, i don’t care . Really i’m very happy today. Hihihihi
:D
Ya senyum itu masih
tersungging meskipun telah seminggu berlalu.
Senang bukan main. Hahaha. Sekedar informasi. Coklat pemberiannya kumakan dan
kubagikan untuk teman-teman yang punya masalah juga. Jadi tenang saja,
coklatnya sungguh bermanfaat. Aku senang dapat berbagi rasa manis coklat yang
kudapat kepada teman-teman yang lain. Uuh sungguh manis coklatku :D Coklat
spesial dihari spesial dari orang terspesial. Hahaha